Gold Price

Category

Search This Blog

Monday, October 15, 2012

Mengubah Kebiasaan





Banyak sekali orang gagal dalam mencapai apa yang mereka inginkan, gagal dalam cita-citanya. Mereka tidak yakin dengan dirinya sendiri, tidak yakin bahwa dirinya mampu mendapatkan, dan tidak ulet dalam mencoba mendapatkan sesuatu keinginannya.

Mereka bisa saja sudah menetapkan tujuan, namun hanya “setengah hati” saat berusaha mencapainya, sehingga hasilnyapun juga “setengah-setengah” atau bahkan tidak memperoleh hasil sama sekali. Sebaliknya, ada orang yang mempunyai tujuan dan keinginan jelas serta tetap berpegang teguh dan ulet dalam menjalaninya, maka dia akan sanggup melewati segala macam rintangan dalammewujudkan cita-citanya.

Sebenarnya, mereka “yang gagal” dalam mencapai tujuannya atau pun mereka “yang sukses” meraih cita-citanya adalah dipengaruhi oleh yang namanya “kebiasaan”. Mereka yang selalu gagal dalam meraih keinginannya, biasanya juga mempunyai “kebiasaan gagal”, yaitu mental gampang menyerah, mudah putus asa, senang mencari alasan-alasan yang mendukung kegagalannya, selalu menyalahkan kondisi dan situasi yang tidak cocok; pada dasarnya mereka ini senang mencari “kambing hitam” untuk mendapatkan pengakuan, bahwa bukanlah salah mereka jika mereka gagal, tetapi karena keadaannya tidak memungkinkan bagi mereka untuk mencapai tujuannya. Tipe gagal seperti ini selalu punya kebiasaan menyalahkan sesuatu hal di luar dirinya, dan malu mengakui bahwa kesalahan terletak pada dirinya.

Demikian juga sebaliknya, mereka yang selalu sukses dalam menggapai cita-citanya, adalah orang-orang yang sudah terbiasa berpikir dan bertindak secara sukses, mereka sudah mempunyai “kebiasaan sukses”. Orang-orang dengan tipe sukses selalu berusaha dengan gigih mencari jalan dalam mencapai apa tujuannya dan benar-benar mempunyai keinginan luar biasa prima untuk meraih cita-citanya. Tipe seperti mereka ini tidak suka mencari-cari kesalahan di luar dirinya sendiri, jika mereka gagal dalam meraih sesuatu, maka mereka pasti akan selalu mencari pemecahannya, bagaimana caranya agar tujuannya benar-benar bisa diraih dengan sukses gemilang; dan mereka tidak akan pernah mencari “kambing hitam” untuk alasan kegagalannya.



Manusia adalah makhluk kebiasaan. Oleh karena itu tidak mudah untuk mengubah sebuah kebiasaan menjadi sebuah kebiasaan yang lain. Ini memang tidak lepas dari pengaruh kekuatan pikiran super kita. Menurut para pakar, pikiran bisa diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. “Kebiasaan” kita adalah karena diawali dengan sebuah pemikiran sadar melakukan sesuatu secara terus menerus, yang pada gilirannya menjadikan kegiatan terus menerus itu meresap masuk ke dalam “cengkeraman” pikiran bawah sadar kita. Jika sesuatu kegiatan pikiran sudah dengan “ikhlas” diterima oleh “pikiran bawah sadar”, maka kita akan dikendalikan olehnya.

Oleh karena itu, semua yang kita pikirkan dan kita lakukan secara sadar akan selalu sepadan dengan apa yang sudah tersimpan dengan baik di dalam “pikiran bawah sadar” kita; itulah kenapa disebut sebagai “kebiasaan”. Jika sesuatu sudah menjadi sebuah kebiasaan, maka dibutuhkan tekad dan komitmen besar untuk bisa mengubah suatu kebiasaan dengan suatu kebiasaan lainnya.

Kemampuan seseorang dalam mengubah suatu “kebiasaan” merupakan syarat utama dalam mengembangkan keterampilan berpikir lainnya. Oleh karena semua pembentukan keterampilan berpikir itu pasti melibatkan “kebiasaan lama” dan “kebiasaan baru” yang tentunya lebih bermanfaat, lebih baik dan efektif. Kebanyakan orang mengeluh, bagaimana mungkin mengubah suatu kebiasaan diri sendiri? Mereka beranggapan, bahwa mereka sudah bertahun-tahun melakukan suatu kebiasaan, jadi bagaimana mungkin mereka akan bisa menggantikan kebiasaan lama mereka dengan suatu kebiasaan baru? Mereka mengeluh karena tidak tahu caranya, belum pernah mencoba berusaha secara sungguh-sungguh dan terarah.

Anda perlu tahu, bahwa “kebiasaan” sebenarnya merupakan “pola tingkah laku berulang-ulang” sehingga pikiran kita akan dengan senang merespons hal itu, kemudian secara otomatis pikiran juga senang memerintahkan kembali dengan terus menerus, yang akan berwujud sebagai tindakan. Pola pikiran yang demikian itulah menyebabkan terjadinya sebuah kebiasaan Anda. Oleh karena itu, untuk mengubah kebiasaan, Anda harus mengubah pola pikiran terlebih dulu. Untuk itu Anda harus punya pengganti “kebiasaan lama” dengan “kebiasaan baru”, sehingga itu lebih memudahkan Anda dalam proses mengubah kebiasaan; dibandingkan jika Anda hanya ingin menghapus atau menghilangkan kebiasaan tanpa penggantian dengan memberikan penggantinya. Pikiran kita tidak bisa menghapus sepenuhnya pola-pola mental kebiasaan. Tetapi jika kita terus menerus memasukkan pola-pola alternatif dengan kuat untuk ditanamkan, maka pola terakhir ini akan melemahkan pola-pola lama yang tidak diharapkan; kemudian tingkah laku akan mengikuti pola-pola yang baru

Untuk menggantikan pola-pola mental lama dengan yang baru, diperlukan waktu, usaha keras, dan kedisiplinan diri. Anda juga harus membuat program “kampanye” pola-pola mental baru yang sangat menarik pikiran Anda. Oleh karena pola pikiran kita cenderung malas menerima pikiran-pikiran baru yang “biasa-biasa” saja, maka Anda harus “mengampanyekan” secara menarik dan “besar-besaran” di dalam pikiran Anda tentang pola-pola mental baru Anda itu. Anda juga harus secara sadar melakukan kontrol terhadap pola tingkah laku yang baru, apakah pola-pola baru itu sudah meresap menggantikan pola-pola lama pada diri Anda. Pokok terpenting di sini adalah, Anda harus melakukan tindakan-tindakan, segala hal terkait dengan pola-pola mental baru yang Anda inginkan; di dalam pikiran maupun yang terlihat secara fisik, secara terus menerus dan berulang-ulang. Sehingga dengan demikian pada gilirannya pola-pola mental baru tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan baru bagi Anda.

Sumber

0 comments:

Post a Comment