Gold Price

Category

Search This Blog

Sunday, October 21, 2012

Cara Membangun Komunikasi Efektif dengan Aplikasi NLP


Sumber

Inti dari komunikasi adalah pesan yang disampaikan, sedangkan nilai sebuah pesan yang efektif adalah respon penerima pesan tersebut, sehingga kalau boleh saya meringkasnya dalam sebuah rumus, maka Ke = f (P X R)
Komunikasi adalah bagian terpenting dalam kehidupan kita. Komunikasi dapat menyelesaikan banyak masalah penting dalam kehidupan sehari-hari kita. Namun sebaliknya, komunikasi yang tidak efektif, dapat menimbulkan masalah besar. Sebuah keluarga menjadi harmonis karena komunikasi yang berjalan baik antar anggotanya, juga sebuah keluarga bisa menjadi berantakan, karena komunikasi yang buruk antar anggota keluarga tersebut. Komunikasi bisa terjadi antara satu orang dengan satu orang lainnya (single communication), dan antara satu orang dengan banyak orang (public communication). Inti dari komunikasi adalah pesan yang disampaikan, sedangkan nilai sebuah pesan yang efektif adalah respon penerima pesan tersebut, sehingga kalau boleh saya meringkasnya dalam sebuah rumus, maka Ke = f (P X R), dimana Ke=komunikasi efektif;P=pesan yang sampaikan; dan R=respon dari penerima pesan. Jika kita mendapat respon negatif (-), maka komunikasi akan menjadi negatif alias tidak efektif atau gagal. Dalam tulisan ini saya akan mencoba berbagi bagaimana membangun komunikasi efektif dengan menerapkan metode NLP untuk membangkitkan potensi Anda dalam berkomunikasi.
Dari sudut pandang NLP, penyampaian sebuah pesan bisa menjadi berlipat ganda efeknya apabila memanfaatkan tiga dimensi sekaligus, yaitu yang dikenal sebagai tiga V (3V):
  1. Verbal: Bagaimana kata perkataan disusun; keruntutan logika dan pemilihan kata.
  2. Vocal: Bagaimana mengatakan; intonasi, jeda, volume dan berat suara.
  3. Visual: Bagaimana bahasa tubuh si pembicara; ekspresi muka, penggunaan gerakan tangan dan sebagainya.
Ketiganya apabila dipergunakan secara sinergis akan melipatgandakan kekuatan pesan, sedangkan jika tidak sinergis alias saling bertabrakan akan membuat pesan menjadi hilang kekuatan sama sekali. Misalnya, seseorang mengatakan bahwa ia sangat demokratis, terbuka pada ktitik, usul atau perbedaan pendapat. Tapi saat ia mengatakan demikian tangannya terlipat, dengan muka berkerut dan tanpa senyum.  Bagaimana responnya? tak satu pun orang akan percaya mengenai apa yang dikatakannya. Tujuan mengemas pesan itu mirip dengan mengemas produk, yaitu bagaimana supaya tampilannya lebih menarik bagi pihak lain yang tengah dipengaruhi. Dari ketiga dimensi di atas (3V) dalam kesempatan ini hanya akan dibahas satu dimensi saja yakni dimensi verbal. Sedangkan kedua dimensi yang lain (Vocal dan Visual) akan saya tulis di kesempatan lain. Komponen penting dalam dimensi verbal ini meliputi teknis mengemas pesan yang disebut sebagai Teknik Framing dan Reframing serta penggunaan Bahasa SugestifNLP yang berbasis pada Hypnotherapy script. Kita akan membahas teknik Framing dan Reframing terlebih dahulu, sedangkan Bahasa Sugestif NLP akan dibahas terpisah.
Sebenarnya fenomena pengemasan pesan merupakan kejadian sehari-hari. Contoh yang paling banyak melakukan ini adalah para pengiklan, motivator, politisi dan pembicara seminar, atau presenter lainnya. Dengan bantuan NLP ini sekalipun Anda tidak merasa memiliki bakat-bakat seperti mereka, kita akan memodel keunggulan mereka untuk membangkitkan potensi komunikasi Anda. Inilah kekuatan NLP, suatu pendekatan untuk memodel keunggulan orang sehingga bisa diduplikasikan secara sistematis oleh orang lain yang (merasa) tidak memiliki bakat sebelumnya.
DIMENSI  VERBAL
Adalah apa yang dikatakan oleh seseorang, dalam komunikasi tertulis bisa dimaknakan sebagai apa yang dituliskan dengan kata-kata. Cukup banyak teknik NLP yang menunjang optimalisasi verbal ini, sejumlah yang akan kita pelajari di sini antara lain:
  • Framing dan Reframing (membingkai kalimat)
  • Milton Model (penggunaan kalimat sugestif/hipnotik, termasuk di dalamnya cara memoles data statistik)
  • Meta Model (penggunaan kalimat klarifikatif).
Dalam artikel ini khusus akan dibahas mengenai teknik Framing dan Reframing, teknik Lainnya, insya Allah akan dibahas di artikel yang lain.
FRAMING
Framing adalah proses dengan sengaja membingkai suatu kalimat agar maknanya sesuai keinginan komunikator (mengeset makna). Misalnya kita hendak menyampaikan suatu berita, secara alami berita itu tidak mengenakkan/tidak memberdayakan, maka kita perlu membingkainya dengan cara mengatakan dari sudut pandang yang lebih mengenakkan hati/memberdayakan. Contoh: Coba kita ingat ketika di zaman Orde Baru, jika pemerintah ingin mengatakan “harga suatu barang naik”, maka mereka mengatakan “harganya disesuaikan”. Kata harga naik, secara otomatis menimbulkan rasa tidak berdaya, kurang senang dan resistensi. Sebaliknya kata disesuaikan lebih bermakna positif karena menuju ke arah yang baik (sesuai).
Jenis Framing
Ada beberapa jenis framing penting yang bisa kita pakai di dalam konteks komunikasi:
  • Agreement Frame (AF) Sebuah cara membingkai pesan, diawali dengan cara sebelumnya menggiring kondisi pikiran pihak lain untuk masuk ke pikiran setuju, kemudian baru dibawa ke arah isu yang mau ditiupkan. Dilakukan dengan cara membicarakan suatu topik apa pun yang sudah disepakati secara bersama sebelumnya atau membingkai sesuatu hal dengan kata-kata tertentu yang membuat pihak lain cenderung lebih setuju. Contoh di atas yang dilakukan Orde Baru adalah menggunakan agreement frame, karena kata “disesuaikan” akan memicu rasa setuju, sedangkan harga dinaikkan akan memicu rasa menolak. Contoh lain: “Bertolak pada pemahaman kita bersama bahwa fungsi utama DPRD adalah untuk …….., maka kedatangan kami di sini adalah dalam rangka ….”
  • Outcome Frame (OF) Merupakan varian dari agreement frame, pembingkaian dilakukan dengan cara membatasi pembicaraan dalam ruang lingkup hasil yang ingin dicapai bersama. Perbedaannya dengan agreement frame adalah, untuk outcome frame adalah membicarakan hasil yang belum terjadi dan ingin dicapai, sedangkan agreement frame adalah membicarakan tentang topik yang sudah terjadi. Contoh OF: “Tentunya kita sepakat bahwa hari ini kita memiliki tujuan yang sama dalam pertemuan ini, yakni menghasilkan kemaslahatan umat, dengan demikian ….”
  • Contrast Frame (CF) Sebuah bingkai pesan yang menggunakan pendekatan ujung-ujung ekstrem suatu permasalahan. Hal yang baik dilawankan dengan keburukannya, sesuatu yang menguntungkan dilawankan dengan kerugian yang mungkin muncul, isu besar dilawankan dengan efeknya yang hanya kecil, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk menunjukkan efek kontras dari sebuah pemikiran/keputusan. Contoh CF yang paling terkenal adalah cost benefit analysis , yang melihat kontras antara keuntungan dan kerugian yang diperoleh jika menyetujui dan jika menolak.
  • As If Frame (AIF) Sebuah pembingkaian pesan dengan cara membuat pihak lain dibawa “seolah-olah merasakan dan mengalami sendiri suatu persoalan” sehingga mereka akan bisa berempati dengan suatu isu atau pesan yang disampaikan. Contoh: “Jika Anda sendiri yang menghadapi permasalahan semacam ini, apa yang akan Anda lakukan?” Selain keempat framing populer di atas, kita bisa mengembangkan berbagai frame lain sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Intinya adalah, pengemasan sebuah pesan sehingga memiliki nilai tertentu yang ditambahkan sehingga lebih dari sekedar nilai awalnya. Salah satu framing yang kerap dipakai adalah framing “manusia biasa”, framing ”Bangsa Timur yang berbudaya”, framing “Bhinneka Tunggal Eka” dan lain-lain. Hati-hati dalam memilih framing, jangan sampai menjadi demikian pasaran atau terkesan “basi”. Apapun bentuk framing yang dipakai, pada gilirannya harus membuat pesan tersebut menjadi terlihat, terdengar, dan terasa menguntungkan bagi penerima pesan.
REFRAMING
Saat kita menjumpai suatu hal sudah dimaknakan (oleh lawan bicara) secara merugikan (keberatan yang berbentuk pandangan negatif, kesan tidak berdaya, menyerang, dll), maka kita dapat melakukan framing ulang suatu kalimat. Proses ini yang disebut reframing. Proses reframing adalah secara sengaja membingkai ulang suatu kalimat sehingga memiliki makna yang betul-betul berubah secara dramatis. Dengan demikian dapat dikatakan, reframing dilakukan untuk memberikan makna ulang yang berbeda, dengan tujuan agar:
  • Punya perspektif yang berbeda
  • Punya pilihan tindakan lain
  • Lebih membesarkan hati
  • Positif thinking
  • Terlepas dari keterikatan makna.
Jadi dalam hal ini, kita menggunakan reframing untuk tujuan Menghadapi Keberatan dari pihak lain saat kita mengedepankan satu pesan penting.
JENIS REFRAMING
Ada dua jenis reframing, yakni:
1. Context Reframing Mengubah kontek suatu peristiwa, sehingga terjadi pergeseran makna.
Kalimat: “Anak saya kok suka ngeyel.”
Reframing: “Nggak apa, pada saat menghadapi penipu, maka kesukaannya ngeyel akan berguna untuk menyelamatkan diri.”
2. Content Reframing Mengubah makna suatu peristiwa secara langsung, ditandai dengan kata “artinya”. •
Kalimat: “Anak saya kok suka ngeyel. ”
Reframing: “Ngeyel artinya kemampuan verbalnya berkembang baik.”
Nah, selamat meningkatkan potensi diri Anda dengan NLP!
Dari berbagai sumber
(BERSAMBUNG)

0 comments:

Post a Comment