Gold Price

Category

Search This Blog

Sunday, August 5, 2012

Membaca Hasil Lab Penyakit Ginjal (darah+urine)


Untuk mengetahui kesehatan ginjal biasanya dilakukan dengan melakukan tes darah maupun tes urine. Biasanya hasil tes laboratorium dibaca oleh Dokter sebagai orang yang berkompeten untuk itu, tetapi tidak ada salahnya jika kita juga mengetahui informasi tentang hal tersebut.


Pada bagian pertama ini akan dibahas yang berhubungan dengan ginjal terlebih dahulu. Informasi ini diperoleh melalui situs The Indonesia Diatram Kidney Foundation dan beberapa sumber lain:


Jika kita menguji melalui tes darah ada tes :


1. Ureum (Blood Urea Nitrogen)
Protein diserap tubuh melalui makanan seperti telur, ikan dan daging, sisanya yang tidak terserap merupakan sampah yang disebut ureum yang mengandung nitrogen. Apabila ginjal bekerja dengan baik, ureum tersebut akan dibuang bersama urin, namun apabila ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik ureum akan tinggal di dalam darah. Untuk itu BUN tes dilakukan untuk mengukur kadar ureum dalam darah dan mengetahui performa ginjal dalam melaksanakan tugasnya membersihkan darah. Hasil Normal : angka 5 s/d 25 mg/dl


2. Kreatinin
adalah sampah dari sisa – sisa metabolisme yang dilakukan oleh aktivitas otot. Sama dengan ureum, kreatinin akan menumpuk dalam darah apabila ginjal tidak berfungsi sebagaimana mestinya untuk menyaring serta membuangnya bersama urin. Hasil Normal: 0.5 s/d 1.5 mg/dl untuk pria dewasa0.5 s/d 1.3 mg/dl untuk wanita dewasa


3. Glumerolus Filtration RateGFR
merupakan cara terbaik untuk mengetahui seberapa baik fungsi ginjal dalam menjalankan tugasnya. Dari penghitungan GFR dapat diketahui pada stadium berapa kerusakan ginjal seseorang. Informasi yang dibutuhkan untuk menghitung GFR adalah hasil serum kreatinin, usia dan berat badan.


Rumusnya bisa dihitung dengan 2 cara yaitu:


Nilai ini dihitung dengan rumus Cockcroft-Gault atau MDRD (modification of diet in renal disease) sebagai berikut :


                                                           (140-Umur) x Berat Badan
Cockcroft-Gault : Klirens Kreatinin =  ------------------------------- x (0,85, jika wanita)
                             (ml/menit)                72 x Kreatinin Serum


MDRD : Laju Filtrasi Glomerulus = 186 x (Kreatinin Serum) -1,154 x (Umur) -0,203 x (0,742 jika wanita) x (1,210, jika kulit hitam)
(kedua rumus ini dari www.kidney.org)


Nilai GFR kurang dari 60 ml/menit/1,73m2, maka penyakit ginjal dapat ditegakkan.


Pada 2002, National Kidney Foundation AS menerbitkan pedoman pengobatan yang menetapkan lima stadium chronic kidney disease (CKD) berdasarkan ukuran GFR yang menurun. Pedoman tersebut mengusulkan tindakan yang berbeda untuk masing-masing stadium penyakit ginjal.


Risiko CKD meningkat. GFR 90 atau lebih dianggap normal. Bahkan dengan GFR normal, kita mungkin berisiko lebih tinggi terhadap CKD bila kita diabetes, mempunyai tekanan darah yang tinggi, atau keluarga kita mempunyai riwayat penyakit ginjal. Semakin tua kita, semakin tinggi risiko. Orang berusia di atas 65 tahun dua kali lipat lebih mungkin mengembangkan CKD dibandingkan orang berusia di antara 45 dan 65 tahun. Orang Amerika keturunan Afrika lebih berisiko mengembangkan CKD.


Stadium 1: Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan pada ginjal dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium pertama penyakit ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan CKD dan mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.


Stadium 2: Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat fungsi ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan CKD kita dan meneruskan pengobatan untuk mengurangi risiko masalah kesehatan lain.


Stadium 3: Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut pada stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita sebaiknya bekerja dengan dokter untuk mencegah atau mengobati masalah ini.


Stadium 4: Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk komplikasi CKD dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan untuk kegagalan ginjal. Masing-masing pengobatan membutuhkan persiapan. Bila kita memilih hemodialisis, kita akan membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan memperkuat pembuluh darah dalam lengan agar siap menerima pemasukan jarum secara sering. Untuk dialisis peritonea, sebuah kateter harus ditanam dalam perut kita. Atau mungkin kita ingin minta anggota keluarga atau teman menyumbang satu ginjal untuk dicangkok.


Stadium 5: Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja cukup untuk menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis atau pencangkokan ginjal..


Jika kita menggunakan Tes Urine, maka:


1. Urine hemoglobin (Heme)
adalah tes untuk melihat adanya darah dalam urin. Dalam kondisi normal darah tidak ditemukan dalam urin. Apabila ditemukan darah dalam urin bisa menandakan adanya kerusakan pada ginjal atau saluran kencing. Kadangkala aktivitas jogging, infeksi kandung kemih, perokok berat dapat menyebabkan timbulya darah pada urin.


2. Creatine clearence
merupakan tes untuk melihat kecepatan dari ginjal untuk membuang kreatin dalam darah. Untuk melakukan uji ini dibutuhkan urin 24 jam. Pemeriksaan urin ini juga akan dibarengin dengan pemeriksaan darah untuk membandingkan jumlah kreatinin yang diproduksi dan yang dibuang.


3. Albumin
adalah sejenis protein yang dapat diukur dalam urin. Test albumin adalah tes untuk mengukur jumlah protein yang berhasil lewat dari ginjal dan keluar bersama urin. Pada ginjal yang sehat protein tidak dapat lolos melewati ginjal karena protein merupakan molekul yang ukurannya terlalu besar untuk dapat melewati pembuluh – pembuluh darah di ginjal. Artinya apabila ditemukan protein dalam urin menandakan adanya kerusakan pada ginjal.


4. Microalbuminuria
adalah tes yang dapat mendeteksi adanya kandungan protein dalam jumlah yang sangat kecil yang tetrdapat dalam urin. Tes ini dilakukan karena menurut studi yang dilakukan pada penderita diabetes menunjukkan bahwa meskipun adaya kerusakan ginjal sudah mulai muncul terkadang sulit menemukan adanya protein dalam urin dengan menggunakan alat khusus bernama disptick. Bagi penderita diabetes pemeriksaaan microalbuminaria seyogyanya dilakukan sekurang - kurangnya sekali setahun




MEMBACA HASIL LAB URIN


Warna urin

  • Nilai normal: kekuningan jernih
  • Dalam keadaan normal, warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Perubahan warna urin dapat terjadi karena beberapa hal.
  • Hitam: baru mengkonsumsi tablet besi (ferri sulfat), sedang minum obat parkinson (levodopa), methemoglobunuria.
  • Biru: mengkonsumsi obat antidepresi (amitriptilin), antibiotik saluran kemih (nitrofurantoin), atau karena infeksi Pseudomonas pada saluran kemih.
  • Coklat: gangguan fungsi ginjal, mengkonsumsi antibiotik (sulfonamid atau metronidazol), dan konsumsi obat parkinson (levodopa).
  • Kuning gelap (seperti teh): hepatitis fase akut, ikterus obstruktif, kelebihan vitamin B2 / riboflavin, antibiotika (nitrofurantoin dan kuinakrin).
  • Oranye-merah: dehidrasi sedang, demam, konsumsi antikoagulan oral, trauma ginjal, konsumsi deferoksamin mesilat, rifampisin, sulfasalazin, laksatif (fenolftalein).
  • Hijau: infeksi bakteri, kelebihan biliverdin, konsumsi vitamin tertentu.
  • Bening (tidak berwarna sama sekali): terlalu banyak minum, sedang minum obat diuretik, minum alkohol, atau diabetes insipidus.
  • Seperti susu (disebut juga chyluria): filariasis atau tumor jaringan limfatik.



Berat jenis normal

  • Nilai normal: 1.003 s/d 1.030 g/mLNilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, antara lain umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar pada 1.012, dan bayi antara 1.002 sampai 1.006.
  • Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di waktu lain, yaitu sekitar 1.026.


Berat jenis abnormal
  • Berat jenis urin yang lebih dari normal menunjukkan gangguan fungsi ginjal, infeksi saluran kemih, kelebihan hormon antidiuretik, demam, diabetes melitus, diare / dehidrasi.
  • Berat jenis urin yang kurang dari normal menunjukkan gangguan fungsi ginjal berat, diabetes insipidus, atau konsumsi antibiotika (aminoglikosida).


pH

  • Nilai normal: 5.0-6.0 (urin pagi), 4.5-8.0 (urin sewaktu)pH lebih basa: habis muntah-muntah, infeksi atau batu saluran kemih, dan penurunan fungsi ginjal. Dari faktor obat-obatan: natrium bikarbonat, dan amfoterisin B.
  • pH lebih asam: diet tinggi protein atau diet tanpa kalori, diabetes melitus, asidosis tuberkulosis ginjal, dan fenilketonuria. Dari faktor obat-obatan: diazoksid dan vitamin C.



Glukosa

  • Nilai normal: negatifDi Indonesia, glukosa urin biasanya diuji secara semikuantitatif dengan uji reduktor (Benedict).



Pemeriksaan Benedict ini sebenarnya ditujukan untuk mendeteksi adanya glukosa, asam homogentisat, dan substansi reduktor lainnya (misalnya vitamin C) dalam urin; sesuai dengan mekanisme reaksi yaitu reduksi tembaga sulfat. Asam homogentisat bisa ada dalam urin dalam jumlah besar pada individu dengan gangguan metabolisme asam amino alkohol (fenilalanin dan tirosin). Karena faktor ini pemeriksaan glukosuria di negara maju telah diganti dengan Clinistix.


Glukosa urin positif tidak selalu berarti diabetes melitus, walaupun memang penyakit ini yang paling sering memberi hasil positif pada uji glukosa urin. Makna lain yang mungkin:

  • Penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefritis tubular, sindroma Fanconi).
  • Penyakit hepar dan keracunan logam berat.
  • Faktor farmakologis (indometasin, isoniazid, asam nikotinat, diuretik tiazid, karbamazepin).
  • Nutrisi parenteral total yang berlebihan (hiperalimentasi) dengan infus glukosa.



Protein

  • Nilai normal: negatif (uji semikuantitatif), 0.03-0.15 mg/24 jam (uji kuantitatif)
  • Protein dapat diuji dengan asam sulfosalisilat 20%, asam sulfat 6%, atau dengan reagen strip. Pemeriksaan dengan reagen strip lebih banyak digunakan saat ini. Untuk anak-anak di bawah 10 tahun nilai kuantitatif normal protein dalam urin sedikit lebih rendah daripada dewasa, yaitu 



Hasil abnormal (positif) dalam uji proteinuria dapat berarti:

  • Masalah nonginjal (gagal jantung kongestif, asites, infeksi bakteri, keracunan).
  • Keganasan (leukemia dan keganasan tulang yang bermetastasis).
  • Proteinuria sementara (pada dehidrasi, diet tinggi protein, stres, demam, post-pendarahan). Penyakit ginjal (lupus, infeksi saluran kemih, nekrosis tubular ginjal).
  • Pada anak-anak sering karena sindroma nefrotik atau penyakit bawaan (ginjal polikistik). Faktor farmakologis (amfoterisin B, semua aminoglikosida, fenilbutazon, sulfonamid).



Keton 

  • Nilai normal: negatif
  • Uji ketonuria dimaksudkan untuk mendeteksi adanya produk sampingan penguraian karbohidrat dalam urin. Ketonuria dulu diperiksa dengan metode Rothera, dan sekarang digunakan dipstik. Hasil positif dapat ditemukan pada ketoasidosis diabetik, alkoholisme, diet tinggi lemak, penyakit glikogen, dan konsumsi obat-obatan tertentu (levodopa dan obat-obat anestetik).



Urobilinogen 

  • Nilai normal: 0.1-1 Ehrlich U/dL (dipstik), atau positif s/d pengenceran 1/20 (Wallace-Diamond) Urobilinogen klasik diperiksa dengan uji pengenceran Wallace-Diamond. Cara ini sudah banyak digantikan oleh uji dipstik modern yang bersifat kualitatif.
  • Urobilinogenuria dapat disebabkan oleh
  • Penyakit hepar dan empedu (hepatitis akut, sirosis, kolangitis)
  • Infeksi tertentu (malaria, mononukleosis)
  • Polisitemia vera ataupun anemia
  • Keracunan timah hitam
  • Tidak ada urobilinogen sama sekali dalam urin bermakna ada obstruksi komplit pada saluran empedu (kolelitiasis atau karsinoma pankreas). Dari faktor farmakologis: kloramfenikol dan vitamin C menyebabkan urobilinogen urin berkurang.



Bilirubin 

  • Nilai normal: negatif, maksimal 0.34 μmol/L. Bilirubinuria dapat disebabkan oleh:
  • Penyakit hepar (sirosis, hepatitis alkoholik), termasuk efek hepatotoksisitas.
  • Infeksi atau sepsis.
  • Keganasan (terutama hepatoma dan karsinoma saluran empedu).



Nitrit 

  • Nilai normal: negatif (kurang dari 0.1 mg/dL, atau kurang dari 100.000 mikroorganisme/mL) Nitrit urin digunakan untuk skrining infeksi saluran kemih.



Eritrosit 

  • Nilai normal: 0-3 sel per lapang pandang besar Eritrosit dalam urin yang berlebihan (mikrohematuria) dapat ditemukan pada urin wanita menstruasi dan perlukaan pada saluran kemih; baik oleh batu, infeksi, faktor trauma, maupun karena kebocoran glomerulus.



Leukosit 

  • Nilai normal: 2-4 sel per lapang pandang besar Leukosit yang berlebihan dalam urin (piuria) biasanya menandakan adanya infeksi saluran kemih atau kondisi inflamasi lainnya, misalnya penolakan transplantasi ginjal. Sel epitel Nilai normal: sekitar 10 sel per lapang pandang besar, berbentuk skuamosa. Sel epitel yang lebih daripada jumlah normal berkaitan dengan infeksi saluran kemih dan glomerulonefritis. Sedangkan bentuk sel epitel abnormal dikaitkan dengan keganasan setempat.



Cast / inklusi

  • Nilai normal: ditemukan cast hialin dalam jumlah sedang, tanpa adanya inklusi. Cast merupakan kumpulan sel-sel yang dikelilingi suatu membran. Biasanya cast selain hialin (misalnya cast eritrosit atau cast leukosit) menunjukkan kerusakan pada glomerulus (glomerulonefritis kronik). Inklusi sitomegalik menunjukkan infeksi sitomegalovirus (CMV) atau campak.



Kristal 

  • Nilai normal: ditemukan kristal dalam jumlah kecil Kristal yang ditemukan dalam urin tergantung pada pH urin yang diperiksa. Pada urin asam dapat ditemukan kristal asam urat. Pada urin netral ditemukan kristal kalsium oksalat. Pada urin basa mungkin terlihat kristal kalsium karbonat dan kalsium fosfat. Ada juga sejumlah kristal yang dalam keadaan normal tidak ada; antara lain kristal tirosin, sistin, kolesterol, dan bilirubin.



Bakteri, jamur, dan parasit

  • Nilai normal bakteri: negatif. Kecuali untuk urin midstream: 
  • Nilai normal jamur dan parasit: negatif Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih mungkin ditemukan dalam urinalisa, antara lain E.coli, Proteus vulgaris, Neisseria gonorrhoea dan Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan parasit yang mungkin ditemukan dalam urin adalah Schistosoma haematobium dan mikrofilaria spesies tertentu.



Referensi Chernecky CC & Berger BJ. Laboratory Tests and Diagnostic Procedure. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2008. Kasper DL et.al (eds). Harrison’s Principles of Internal Medicine. New York: McGraw-Hill, 2007. (hnz)




KIDNEY FUNCTION FAMILY
Klasifikasi ini untuk mengetahui tingkat kebersihan dari darah dengan mengukur kadar produk sisa metabolisme yang disaring oleh ginjal sehat. Ketiga tes tersebut meliputi :


1. Blood Urea Nitrogen (BUN)
Protein diserap tubuh melalui makanan seperti telur, ikan dan daging, sisanya yang tidak terserap merupakan sampah yang disebut ureum yang mengandung nitrogen. Apabila ginjal bekerja dengan baik, ureum tersebut akan dibuang bersama urin, namun apabila ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik ureum akan tinggal di dalam darah.Untuk itu BUN tes dilakukan untuk mengukur kadar ureum dalam darah dan mengetahui performa ginjal dalam melaksanakan tugasnya membersihkan darah. Bagi penderita gagal ginjal terminal yang sedang dalam treatment dialysis, BUN tes berguna untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari treatment dialysisi yang dilakukan. Seseorang dikatakan apabila angka BUN nya berada pada angka 5 s/d 25 mg/dl.


2. CreatininKreatinin
adalah sampah dari sisa – sisa metabolisme yang dilakukan oleh aktivitas otot. Sama dengan ureum, kreatinin akan menumpuk dalam darah apabila ginjal tidak berfungsi sebagaimana mestinya untuk menyaring serta membuangnya bersama urin.Seseorang dikatakan apabila angka BUN nya berada pada angka :

  • 0.5 s/d 1.5 mg/dl untuk pria dewasa
  • 0.5 s/d 1.3 mg/dl untuk wanita dewasa



Glumerolus Filtration Rate
GFR merupakan cara terbaik untuk mengetahui seberapa baik fungsi ginjal dalam menjalankan tugasnya. Dari penghitungan GFR dapat diketahui pada stadium berapa kerusakan ginjal seseorang. Informasi yang dibutuhkan untuk menghitung GFR adalah hasil serum kreatinin, usia dan berat badan.


ANEMIA FAMILY
Pada klasisfikasi ini, tes yang diperlukan adalah :


Hemoglobin
Hemoglobin adalah komponen dari sel darah merah yang membawa oksigen dari paru – paru ke seluruh bagian tubuh.


Hematocrit
Hematocrit adalah untuk mengukur persentase sel darah merah yang diproduksi oleh tubuh.Baik Hemoglobin maupun Hematocrit sangat vital bagi tubuh karena keduanya mengindikasikan adanya Anemia atau kurangnya sel darah merah pembawa oksigen dalam tubuh. Sesorang yang menderita anemia akan merasakan cepat lelah dan lemas pada tubuhnya dan apabila tidak di tangani akan merusak hati.Seseorang dikatakan normal apabila range Hemoglobinnya berada pada angka :

  • 14 s/d 18 g/dl untuk pria
  • 12 s/d 16 g/dl untuk wanita

Sedangkan angka normal untuk Hematocrit apa bila hasil lab menunjukkan :

  • 40 % s/d 50 % untuk pria
  • 36% s/d 44% untuk wanita

Ferritin dan Trasferrin Saturation (TSAT)
Besi (iron) eleman dasar yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk sel darah merah. Untuk membentuk sel darah merah yang baru tubuh kita menyerap besi dari makanan yang kita asup, namun sebagian besar sumber besi didapat adalah dari sel – sel darah merah itu sendiri yang telah lama dan rusak.
Apabila seseorang menderita anemia berarti dia kekurangan sel darah merah dan kekurangan elemen dasar untuk membentuk sel darah merah yang baru.


Ferritin mengukur jumlah besi yang ada dalam tubuh, sedangkan TSAT untuk mengukur berapa banyak dari jumlah besi yang tersimpan dapat digunakan untuk membentuk sel darah merah baru. Apabila kadar Ferritin dan TSAT pasien rendah, dokter akan meresepkan suplemen besi sehingga pasien mempunyai cukup elemen dasar untuk membentuk sel darah merah.




ELECTROLYTE FAMILY
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel – partikel bermuatan listrik.4 macam tes elektrolit yang penting bagi penderita gagal ginjal adalah :

  • Kalsium
  • Fosfor
  • Kalium (potassium)
  • Natrium (Sodium)



Kalsium adalah elektrolit yang dibutuhkan untuk bekerjanya otot dan kesehatan tulang. Kalsium diserap dari produk susu, kalsium suplemen dan sayur sayuran. Tulang dan gigi merupakan tempat penyimpanan hampir seluruh kalsium yang ada dalam tubuh.


Terlalu banyak kalsium di dalam darah atau Hypercalcemia dapat menyebabkan mual dan muntah, hilang nafsu makan, sakit perut, sulit berpikir, lemas, pusing, bahkan dapat menyebabkan serangan jantung. Sebaliknya kekurangan kalsium atau Hypocalcemia dapat menyebabkan depresi, perasaan kebas, keram pada otot, atau merasa bingung. Apabila tidak di obati, hypocalcemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan tulang.


Fosfat adalah elektrolit yang sangat vital untuk energi yang digunakan oleh tubuh. Fosfat banyak ditemukan di hampir setiap makanan yang diasup oleh tubuh. Seperti juga kalsium, fosfat juga disimpan di tulang dan gigi. Apabila ginjal tidak bekerja sebagaimana mestinya kadar Fosfat akan meningkat.Terlalu banyak fosfat dalam darah atau Hyperphosphatemia meyebabkan gatal – gatal dan dapat merusak tulang. Sebaliknya kekurangan fosfat atau Hypophophatemia dapat menyebabkan melemahnya otot dan koma , namun hal ini sangat jarang terjadi.


Seperti magnet, kalsium dan fosfat saling tarik menarik satu sama lain karena Kadar kalsium dalam darah juga ditentukan oleh fosfat. Apabila Ginjal berfungsi dengan baik maka kelebihan fosfat dalam darah dapat dibuang, namun Jika ginjal gagal berfungsi, maka kadar fosfat dalam darah akan meningkat dan menyebabkan kadar kalsium dalam darah menurun. Hal ini menyebabkan semakin banyak kalsium yang diambil dari tulang untuk mengkompensasi kadar fosfat yang tinggi sehingga tulang menjadi rapuh.


Kalium adalah elektrolit yang penting bagi bekerjanya otot dan sistem saraf, termasuk sistem saraf otonom yang merupakan pengendali detak jantung dan fungsi otak. Ginjal yang sehat berfungsi untuk mengontrol level kalium dalam tubuh dengan menyesuaikan jumlah asupan kalium yang masuk dan yang dibuang.
Terlalu banyak kalium dalam darah atau Hyperkalemie akan menyebabkan kelemahan fungsi otot dan terkena serangan jantung. Sebaliknya terlalu sedikit kalium dalam tubuh atau Hypokalemie dapat menyebabkan kelemahan fungsi otot, kelelahan (fatique), ritmus jantung abnormal yang dapat berakibat serangan jantung. Kalium banyak ditemukan pada makan maupun buah – buahan seperti jeruk, pisang, daging dan alpukat.


Natrium adalah elektrolit yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan cairan dan air dalam tubuh. Apabila tidak seimbang akan menyebabkan otot tidak bekerja sebagaimana mestinya. Selain itu darah akan terlalu pekat ataupun terlalu encer karena mengandaung terlalu banyak atau kekurangan air.


Garam adalah salah satu bentuk natrium yang sering kita dengar. Ginjal yang sehat akan membuang kelebihan natrium ke dalam urin. Oleh sebab itu penting sekali bagi penderita gagal ginjal untuk menjaga asupan garam ke dalam tubuh.


Kelebihan natrium dalam darah atau Hypernatremia menyebabkan sering merasa haus, sakit kepala dan naiknya tekanan darah serta membengkaknya jaringan akibat terlalu banyak cairan yang disebut edema. Sebaliknya terlalu sedikit natrium atau hyponatremia akan menyebabkan pecahnya sel darah merah, turunnya tekanan darah, merasa lemah, keram otot, sakit kepala, muntah – muntah bahkan koma.


URINE TEST FAMILY
Seperti namanya pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan urin sebagai sampel. Tes ini biasanya dilakukan pada penderita gagal ginjal kronis. Sedangkan pada penderita gagal ginjal terminal tidak dilakukan (pasien GGT biasanya tidak lagi atau hanya memproduksi urin dalam jumlah yang sedikit). Beberapa jenis pemeriksaan pada kategori ini adalah :

  • Urine hemoglobin
  • Creatine clearence
  • Urine albumin
  • Microalbuminaria



Urine hemoglobin (Heme)
adalah tes untuk melihat adanya darah dalam urin. Dalam kondisi normal darah tidak ditemukan dalam urin. Apabila ditemukan darah dalam urin bisa menandakan adanya kerusakan pada ginjal atau saluran kencing. Kadangkala aktivitas jogging, infeksi kandung kemih, perokok berat dapat menyebabkan timbulya darah pada urin.


Creatine clearence
merupakan tes untuk melihat kecepatan dari ginjal untuk membuang kreatin dalam darah. Untuk melakukan uji ini dibutuhkan urin 24 jam. Pemeriksaan urin ini juga akan dibarengin dengan pemeriksaan darah untuk membandingkan jumlah kreatinin yang diproduksi dan yang dibuang.


Albumin
adalah sejenis protein yang dapat diukur dalam urin. Test albumin adalah tes untuk mengukur jumlah protein yang berhasil lewat dari ginjal dan keluar bersama urin. Pada ginjal yang sehat protein tidak dapat lolos melewati ginjal karena protein merupakan molekul yang ukurannya terlalu besar untuk dapat melewati pembuluh – pembuluh darah di ginjal. Artinya apabila ditemukan protein dalam urin menandakan adanya kerusakan pada ginjal.


Microalbuminuria
 adalah tes yang dapat mendeteksi adanya kandungan protein dalam jumlah yang sangat kecil yang tetrdapat dalam urin. Tes ini dilakukan karena menurut studi yang dilakukan pada penderita diabetes menunjukkan bahwa meskipun adaya kerusakan ginjal sudah mulai muncul terkadang sulit menemukan adanya protein dalam urin dengan menggunakan alat khusus bernama disptick. Bagi penderita diabetes pemeriksaaan microalbuminaria seyogyanya dilakukan sekurang - kurangnya sekali setahun




INDONESIAN DIATRANS KIDNEY FOUNDATION

4 comments:

Rindu, itu panggilanku said...

sangat membantu sekali, big thnks

Unknown said...

Terimakasih.. Informatif bgt😊

Unknown said...

Helpful banget 😊

Unknown said...

Sangat membantu, teruskan...

Post a Comment