Gold Price

Category

Search This Blog

Wednesday, April 4, 2012

Osteoarthritis dan Solusinya


Oleh: DR. Dr. Andri Maruli Tua Lubis, Sp.OT (K)


Anda pernah mengalami nyeri pada sendi? Bisa sudah dan mungkin juga belum. Hampir bisa dipastikan, mayoritas orang pernah mengalaminya. Masyarakat awam biasanya langsung beranggapan, hal itu disebabkan rematik atau asam urat. Sebagian lagi berpikir itu akibat osteoporosis. Lantas apa sebetulnya dan bagaimana dengan solusinya?


Menurut DR. Dr. Andri Maruli Tua Lubis, Sp.OT (K) nyeri sendi terjadi akibat adanya radang pada sendi (osteoarthritis). Memang, sebagian orang awam mengatakan hal ini sebagai pengapuran. Lantaran pada saat tulang difoto rontgen terdapat osteofit (semacam taji). Sebetulnya bukan tumbuh, namun karena kerusakan pada tulang rawan maka timbul osteofit. 


“Jadi osteoarthritis itu merupakan radang pada sendi atau kerusakan pada tulang rawan sendi. Penyakit ini dapat terjadi pada seluruh sendi, baik sendi kecil maupun sendi yang besar di antara dua tulang. Sebetulnya tidak ada kapur. Kondisi ini membuat orang jadi salah kaprah. Mereka jadi takut minum kalsium sebab khawatir kapurnya bertambah besar, padahal sama sekali tidak ada hubungannya,” jelas dr. Andri.


Kerusakan tulang rawan tersebut, sambung dia, dapat terjadi pada seluruh tulang rawan. Mulai dari lutut, engkel, panggul, bahu, tulang belakang, hingga siku. Tak hanya itu, stadiumnya pun berbeda-beda. Derajat ringan, tulang rawannya seperti lembek. Ada juga yang seolah berserabut dan bolong. Bahkan yang lebih berat lagi, di bawah tulang rawan terdapat tulang dan tulang itu ikut tergerus.


“Memang umumnya osteoarthritis terjadi pada lutut dan panggul. Hal ini dikarenakan, sendi pada lutut dan panggul adalah sendi weight bearing. Sendi yang menahan beban tubuh. Tapi, penyakit ini dapat terjadi pula pada bahu, tangan, atau tempat lainnya. Penyakit ini misterius. Soal stadium, misalnya osteoarthritis pada lutut. Berdasarkan rontgen, stadium satu terlihat mulai penyempitan ringan celah sendinya. Stadium dua selain penyempitan, juga ada osteofit. Stadium tiga lebih parah, dan stadium empat jika tulang paha dan tulang kering sudah menyatu. Tapi, pada sendi-sendi lain stadiumnya berbeda lagi,” kata dia.


Lantas apa faktor risiko sehingga terjadi osteoarthritis? Kata dr. Andri, yaitu jika bobot badan berat, kegegemukan atau obesitas. Berikutnya adalah melakukan olahraga yang terlalu high impact sehingga pernah cedera pada sendinya, kaum hawa, dan faktor keturunan atau herediter.


“Umumnya terjadi pada orang tua, karena osteoarthritis tergolong penyakit degeneratif. Tapi, osteoarthritis dibagi dua, primer dan sekunder. Primer terjadi tanpa sebab yang tidak jelas. Ini biasanya terjadi pada orang tua. Sedangkan sekunder, terjadi karena faktor yang lain, misalnya, patah tulang, yang patahannya sampai ke sendi, sedangkan perbaikannya tidak benar. Ini dapat membuat osteoarthritis terjadi lebih awal, walau usianya masih muda,” imbuh dia.




Penanganan Osteoarthritis


Penanganan osteoarthritis, ujar dr. Andri, tergantung pada stadiumnya. Mi­salnya, cara suntik, itu hanya bisa untuk pasien dengan stadium awal. Metode ini bukan untuk stadium lanjut.


“Untuk pasien stadium tiga dan empat sudah tidak pada tempatnya disuntik-suntik. Jika itu dilakukan, sama saja seperti menggarami air laut. Efeknya tidak bagus,” tegas dia.


Sebelum melakukan penyuntikan, lanjut dia, pertama harus tahu bahan yang akan di­suntikkan itu. Umumnya yang disuntikan adalah asam herononik atau herononik acid. Ini nama generiknya, produknya macam-macam. Bahan bakunya berbeda-beda, ada yang dari jenger ayam, bahan organik, dan sintetik,” jelas dr. Andri. “Tujuan penyuntikan untuk menambah cairan. Cair­an lutut yang normal itu sebenarnya ada. Namanya cairan sinofium yang dihasilkan dari sinufium-sinufium pada kapsul sendi. Fungsinya sebagai pelumas, agar sendi kita dapat bergerak dengan smooth. Cairan ini bisa berlebih juga. Jika terjadi radang, cairan ini dapat berlebih. Kalau sedang berlebih jangan disuntik, malah harus disedot. Jangan takut kering, tidak bakal kering.”


Kadang-kadang, imbuh dr. Andri, ada juga pada pasien osteoarthritis disuntikan steroit. Langkah ini kurang baik. Tindakan ini dilakukan jika sangat perlu. Maksimal setahun tiga hingga empat kali. “Bahayanya adalah tulang menjadi keropos. Ini perlu, jika radang­nya hebat. Kami lebih menyukai asam herononat, karena ini semacam cairan sendi normal,” kata dia. 


Cairan yang disuntikkan itu, lanjut dr. Andri, harus masuk ke dalam sendi yang dituju. Jika tidak maka akan sia-sia. Padahal harga ‘asam’ ini cukup mahal untuk setiap cure-nya. Setiap pasien dapat menjalani jumlah suntikan yang berbeda-beda, ada yang dua atau tiga penyuntik­an.


“Itu tergantung sifat dari asam yang dimasukkan, mereknya macam-macam. Misalnya merek A dia harus disuntikkan lima kali (satu kali cure-nya), memang bekerjanya begitu. Ada merek B, dia tiga kali (satu cure-nya). Asalnya berbeda, berat jenis melekulnya berbeda. Sehingga ada yang perlu disuntik lima kali, sekali seminggu. Jadi cairan itu harus benar-benar masuk ke dalam sendi, kalau tidak maka tak efektif dan ada efek samping, menimbulkan rasa nyeri,” urai dr. Andri.


Soal efektivitas penyuntikan, sambung dia, tergantung stadiumnya. Kalau untuk pasien stadium satu dan dua, cukup efektif, sedangkan untuk stadium tiga dan empat kurang efektif. Metode ini harus diulang setahun sampai enam bulan. Yang harus diingat adalah osteoarthritis tidak ada obatnya, yang bisa mengembalikan ke fungsi yang lebih baik. Tidak ada cara untuk menyetopnya.


“Jadi, selama hidupnya, pasien akan terus berkutat de­ngan masalah tersebut. Kalau pun perlu joint replacement, harus ada kriterianya. Minimal dipasang pada pasien ber­umur di atas 65 tahun. Karena alat ini buatan manusia, bukan buatan Tuhan, jadi tak dapat regenerasi. Ada umurnya. Joint replacement itu umurnya 10 sampai 15 tahun. Misalnya, pada stadium awal, kita ini ibaratnya buying time, supaya tidak cepat-cepat joint replacement, ya kita lakukan penyuntikan,” papar dr. Andri.


Lantaran osteoarthritis tidak dapat disembuhkan dan belum ada obatnya, kata dia, maka yang perlu dilakukan adalah me­ngurangi berat badan dan modifikasi life style. Misalnya jangan melakukan aktivitas yang high impact, jika memang sudah tahu ada osteoarthritis.


“Bagi mereka yang pernah cedera, karena yang pernah cedera lebih bahaya untuk osteoarthritis, tangani dengan benar cederanya sehingga tidak ada osteoarthritis sekunder. Untuk yang primer, kurangi berat badan dan kurangi aktivitas high impact,” saran dr. Andri.


Sumber

0 comments:

Post a Comment