Gold Price

Category

Search This Blog

Friday, September 30, 2011

Transformasi dari Eksekutif ke Entrepreneur



Oleh: Betti Alisjahbana




QBHeadlines.com - Acara Leadership Series pada tanggal 8 Desember 2009,  yang diselenggarakan bersama-sama dengan peluncuran buku saya berjudul “Tiap Detik Bermakna” menghadirkan Teddy P. Rachmat sebagai pembicara. Bagi pengalaman selama 90 menit itu sungguh luar biasa. Tulisan ini saya buat agar lebih banyak orang bisa belajar dari sukses Teddy P. Rachmat.
Teddy membuka sesi bagi pengalaman dengan menuturkan 5 fondasi bisnis yang jadi pegangannya agar sukses :

1.   Memilih model bisnis yang tepat. Sebagai ilustrasi, memilih bidang usaha yang bersaing dengan perusahaan-perusaha an China akan sangat melawan angin. Susah untuk sukses, karena mereka sudah jauh di depan dengan produk -produk yang sangat murah. Sebaliknya memilih bisnis yang mensuplai ke China adalah bisnis yang akan terbawa angin, kemungkinan suksesnya lebih besar. Pilih bisnis dimana kita mempunyai keuntungan komparatif.

2.    Filosofi manajemen. Manajemen adalah proses dari A sampai Z dengan standar yang harus dipenuhi. Masing-masing perusahaan mempunyai prosesnya sendiri. Standar adalah harga mati yang harus dipenuhi dan setiap waktu harus dinaikkan. Proses yang baik akan menghasilkan bisnis yang baik.

3.    Budaya perusahaan yang transparan dan menerapkan meritokrasi. Transparan artinya tidak ada yang disembunyikan, semuanya dilakukan dengan cara yang benar, termasuk membayar pajak, sehingga tidak perlu ada yang disembunyikan. Meritokrasi artinya yang terbaik yang naik, bukan karena kedekatan, atau alasan lain.

4.    Rekrutmen atas dasar karakter, disiplin dan passionate. Orang yang memenuhi 3 syarat ini mudah sekali diajari, tidak perlu IQ tinggi.

5.    Leadership. Ada 3 faktor kepemimpinan yang terpenting. Pertama, adalah contoh atau panutan. Jangan harap pegawai akan datang pada jam 8 pagi  kalau pemimpinnya datang jam 9. Pemimpin harus memberikan contoh yang baik. Kedua, pemimpin harus bisa membawa kemajuan. Perusahaan harus terus berkembang hingga menjadi yang terbaik di bidangnya. Ketiga, take care of the people. Sama dengan CEO, pegawai pun punya cita-cita. Mereka ingin mapan, bisa menyekolahkan anak. Tentu pemimpin harus tega untuk mengeluarkan pegawai yang tidak baik. Tetapi mereka yang baik, harus diperhatikan kebutuhannya. Bukan hanya uang, tetapi juga kesempatan untuk berkembang, suasana kerja yang baik dan kebanggaan. Belonging to a winning group tentu merupakan harapan setiap orang.

Dengan kelima prinsip di atas Teddy yang memulai karirnya di Astra International sebagai salesman di Heavy Equipment Division pada tahun 1969,  telah membawa Astra International dari perusahaan kelas paviliun, menjadi perusahaan dengan jumlah pegawai 200.000 orang dan nilai kapitalisasi pasar Rp. 140 triliun. Beberapa CEO telah memimpin Astra International setelah Teddy, tetapi nilai-nilai seperti transparansi dan meritokrasi tetap dipertahankan dan itu adalah pondasi sukses Astra yang berkelanjutan.

Dream and Willingness to Pay the Price

Menjawab pertanyaan soal kesempatan yang tidak datang pada semua orang, Teddy menceritakan tiga kisah. Pertama adalah tentang sepupunya yang setelah sekolah di bidang kedokteran selama tujuh tahun dan tinggal sebulan lagi akan lulus, tiba-tiba semua miliknya dan surat-suratnya terbakar dalam peristiwa G-30-S di tahun 1965. Sepupunya itu lalu memutuskan untuk pergi ke Jerman dan menjadi perawat di sana. Selama empat tahun dia mengumpulkan uang sebagai perawat, lalu sekolah kedokteran lagi di Belanda, selama tujuh tahun. Akhirnya dia jadi dokter juga setelah 7 tahun sekolah di Jakarta, 4 tahun mengumpulkan uang di Jerman dan 7 tahun sekolah di Belanda. Total 18 tahun. Kesempatan memang harus dikejar.

Yang kedua, dia bercerita tentang kisah seorang anak di China yang dilihatnya di Discovery Channel. Anak kecil ini berumur 14 tahun dan bercita-cita untuk berbisnis restoran. Ketika ditanya bagaimana mungkin dia bisa berbisnis restoran sementara dia tidak memiliki modal, anak ini lalu bercerita tentang rencana dia. Sebagai pelayan kini dia berpenghasilan 800 yuan sebulan, setara dengan US$ 100.  Penghasilannya itu, 40 dolar dikirimkan pada ibunya,  20 dolar dia pakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan sisanya 40 dolar dia tabung. Setahun dia mengumpulkan 500 dolar. Dalam perhitungannya, untuk membuka restoran dia butuh modal 7500 dolar. Jadi dalam 15 tahun dia akan bisa memulai bisnis restorannya, kata anak kecil ini. Anak ini punya mimpi dan bekerja keras untuk merealisasikan mimpinya.

Yang ketiga, Teddy bercerita tentang Sukanto Tanoto yang pernah menjadi orang terkaya di Indonesia. Ayah Sukanto adalah supir truk, sementara ibunya menyewakan petromaks yang diantarkan oleh Sukanto pada sore hari pada pelanggan dan di ambilnya lagi keesokan harinya. Datang dari keluarga seperti itupun Sukanto bisa menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.

Bagi Teddy, sukses itu tergantung pada dream and willingness to pay the price. Sukses tidak datang sendiri, melainkan karena adanya kemauan,  disiplin dan kerja keras terus menerus. Selama 40 tahun, bila tidak sedang sakit atau di luar negeri, Teddy selalu sudah di kantor pada jam 7:30 pagi. Dan tiap hari, 2 jam dihabiskannya untuk membaca berita. Banyak orang ingin menjadi pengusaha sukses, pertanyaannya, siapkah mereka untuk rugi? Siapkah mereka untuk bekerja keras? Siapkah mereka untuk bangun dari kegagalan-kegagalan dan mulai lagi?

Menjadi Pengusaha Sukses

Pada umur 55 tahun setelah berhasil membesarkan Astra International, Teddy mundur dari Astra dan menjadi pengusaha. Ia memulainya dengan membesarkan Adira Finance, perusahaan pembiayaan yang didirikan ayahnya. Waktu itu Adira Finance adalah perusahaan kecil. Dengan jaminan pribadinya, Teddy mendapat pembiayaan masing-masing 2 triliun dari Chairul Tanjung (Bank Mega) dan Arwin Rasyid (Bank Danamon). Perusahaan kecil itu kini mengdatangkan keuntungan 1.5 triliun setahun. Teddy berpendapat bahwa perusahaan pembiyaan seperti Adira Finance akan lebih sukses bila di-back up oleh bank. Itu sebabnya Teddy kemudian menjual Adira Finance pada Bank Danamon. Terus terang Teddy mengatakan ia mendapatkan 300 juta dolar dari penjualan itu, dari modal dengkul.

Untuk menentukan bisnis selanjutnya, Teddy berpikir bahwa energi dan pangan adalah bisnis yang bisa mensuplai ke China. Ia lalu membuka bisnis batubara dan kelapa sawit. Bisnis batubara nya gagal, dan Teddy kehilangan 50 juga dolar disana. Dari pengalaman pahit ini ia belajar, rupanya kelima pondasi bisnis di awal artikel ini tidak diterapkannya. Ia mempercayakan bisnis itu pada orang lain dan tertipu.  Kesempatan untuk masuk ke dunia batubara datang lagi ketika saudara sepupunya hendak menjual Adaro. Pada waktu itu sudah ada perusahaan yang akan membeli Adaro dengan harga 750 juta dolar. Teddy meyakinkan sepupunya (Edwin)  untuk menjual Adaro kepadanya dengan harga 1 milyar US dolar, padahal saat itu ia hanya punya 50 juta dolar. Jadilah Teddy membeli Adaro dengan modal 50 juta dolar yang dimilikinya dan pinjaman sebesar 950 juta dolar. Kini Adaro bernilai 6 milyar US Dolar, dimiliki oleh 5 keluarga  dan sudah melantai di bursa saham. Sementara itu Teddy juga membesarkan Triputra, yang menurut majalah Warta Ekonomi ada di ranking 10 dengan nilai penjualan 30 triliun dan dalam waktu 5 tahun akan menjadi 50 triliun. Adaro dan Triputra   telah membuat Teddy menjadi orang terkaya nomor 15 di Indonesia versi majalah Forbes, dengan nilai kekayaan 900 juta dolar.

Untuk menciptakan kekayaan, Teddy memberikan nasihat untuk selalu melawan arus. Artinya belilah perusahaan atau saham ketika orang sedang panik menjual. Teddy juga menasihatkan untuk membuat satu bisnis dulu dengan baik lalu lipat gandakan menjadi banyak (leverage). Ilustrasi yang dipakainya buat dulu satu restaurant Mc Donald, bila berhasil, buat 1000 restoran.

Menjawab pertanyaan apakah sebaiknya langsung menjadi pengusaha atau seperti Teddy, menjadi profesional dulu baru menjadi pengusaha, Teddy mengibaratkan, bila ingin menjadi juara tenis, apakah kita langsung ambil raket dan bertanding, atau latihan forehand dulu setahun, lalu backhand setahun, setelah pondasi nya kuat baru terjun bertanding?  Kepada anak-anaknya, Teddy menasihatkan untuk latihan dulu, kuasai pondasinya, baru jadi pengusaha. Teddy baru terjun menjadi pengusaha pada usia 55 tahun, dan ternyata tidak terlambat.

Syarat yang lain untuk sukses sebagai pengusaha selain bibit (karakter, passionate dan disiplin) adalah cari lingkungan yang kondusif. Teddy mencontohkan patnernya Sandiaga Uno, yang masih muda namun sudah jadi pengusaha sukses dan masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Menurut Teddy, Sandi bekerjanya seperti orang “gila” dan dia masuk ke lingkungan yang sangat kondusif. Bila ingin jadi pengusaha sukses, bergaulah dengan pengusaha, jangan bergaulnya hanya dengan LSM.

Teddy menutup acara dengan nasihat agar kita menjaga reputasi. Jangan pernah tidak menepati janji. Salah satu faktor terpenting dalam suksesnya membangun bisnis adalah reputasi. Teddy mendapat pinjaman bank untuk membesarkan bisnis rugi yang di belinya atas dasar reputasi. Teddy juga kembali menekankan pentingnya dream dan willingness to pay the price. Baginya hoki adalah bangun lebih pagi, kerja lebih keras dan baca lebih banyak.

0 comments:

Post a Comment