Category
ACCOUNTING
(1)
AUTOMOTIVE
(4)
COMPUTER
(82)
EBOOK
(1)
ELECTRONICS
(5)
ENVIRONMENT
(1)
FINANCIAL
(1)
HEALTH
(265)
INFO
(6)
LAW
(1)
MANAGEMENT
(8)
MOBILE DEVICES
(14)
MORAL STORIES
(62)
NETWORK
(2)
OTHERS
(24)
PHILOSOPHY
(1)
PSYCHOLOGY
(19)
SCIENCE
(6)
Search This Blog
Wednesday, March 30, 2011
Harapan bagi yang Tak Bisa Bergerak
-- Kompas.com -- Oleh Agnes Aristiarini
”However bad life may seem, there is always something you can do, and succeed at. While there's life, there is hope" (Betapapun buruknya hidup, selalu ada sesuatu yang bisa dikerjakan, dan sukses. Di mana ada kehidupan, di situ ada harapan.)
Tak hanya kejeniusan kosmolog dan fisikawan Inggris itu yang menginspirasi para ilmuwan. Ketegaran Stephen Hawking (69) menghadapi amyotropic lateral sclerosis turut menumbuhkan harapan bagi mereka yang tak lagi bebas bergerak.
Sklerosis mulai muncul ketika Hawking berusia 20 tahun. Saat itu ia tengah menyelesaikan kuliah fisika di University College, Oxford. Penyakit yang tidak bisa disembuhkan ini menyerang sel-sel saraf dan perlahan menggerogoti mobilitasnya. Meski kemampuan berpikir tak terpengaruh dan tak ada rasa sakit, menyaksikan tubuh semakin lamban bergerak sangatlah menjatuhkan mental.
Lumpuh total ketika berusia 32 tahun dengan suara yang makin tidak jelas, Hawking masih bisa mendikte sekretaris untuk membuat tulisan ilmiah, mengajar, bahkan membimbing mahasiswa. Namun, ketika suaranya hilang dalam operasi pneumonia tahun 1985, Hawking hanya bisa berkomunikasi dengan mengangkat alis saat orang menunjuk huruf yang ia perlukan.
Terima kasih kepada Walt Woltosz, ahli komputer dari California, Amerika Serikat, yang begitu mendengar masalah Hawking langsung mengirim program komputer Equalizer. Seperti dikisahkan Inspire Minds, program ini memungkinkan seseorang memilih kata di layar dengan menggunakan tangan atau gerakan mata. Kalimat dan paragraf yang sudah tersusun bisa dikirim ke mesin bicara (speed synthesizer) atau printer.
David Mason dari Cambridge Adaptive Communication menyempurnakan program itu dengan memasang komputer dan mesin bicara ke kursi roda Hawking. Ia tidak hanya kembali mudah berkomunikasi, tetapi juga mampu menulis buku dan berpartisipasi dalam diskusi. Bukunya yang terus dicetak ulang, A Brief History of Time, direvisi setelah ia mendapat suara elektronik.
Kini dengan semakin berkembangnya pengetahuan, komputer tak lagi dikendalikan dengan mata. Suatu perangkat elektronik yang ditanam di otak mampu meneruskan perintah otak untuk menggerakkan kursor komputer. Bahkan, seperti dilaporkan NewScientist, perangkat elektronik itu masih berfungsi baik setelah 1.000 hari.
Meski subyek penelitian bukan penderita sklerosis, dampaknya sama: lumpuh seluruh anggota badan dan pita suara yang disebut tetraplegia. Penyebabnya adalah stroke batang otak yang menyerang pada pertengahan tahun 1990-an.
Penerus perintah otak
Dengan kode S3, perempuan yang menjadi sukarelawan penelitian tersebut dipasangi kumpulan elektroda silikon sebesar pil aspirin oleh para peneliti dari Brown University di Providence, Rhode Island; Pusat Kedokteran Providence VA, dan Rumah Sakit Massachusetts, semua di AS. Elektroda berfungsi meningkatkan kualitas komunikasi dengan dunia luar.
Ditemukan oleh kelompok peneliti dari BrainGate, kumpulan elektroda tersebut merupakan kombinasi peranti lunak dan peranti keras yang dipasang di bagian motor cortex dengan mengebor tengkorak. Motor cortex adalah bagian tengah otak yang berfungsi mengontrol gerak tubuh. Operasi ini sangat berisiko karena bisa memicu infeksi atau kerusakan otak.
Namun, begitu terpasang dengan benar, kumpulan elektroda mampu mendeteksi langsung sinyal dari neuron otak pengontrol gerakan. Kemampuan elektroda meneruskan sinyal-sinyal neuron membantu mereka yang terkena kelumpuhan menggerakkan perangkat eksternal, seperti komputer, kursi roda, dan tentu saja anggota badan bionik.
Sepanjang 1.000 hari, S3 telah memanfaatkan elektroda untuk melakukan dua hal: mengarahkan dan mengklik kursor, tidak dengan tangan, tetapi dengan pikiran.
Tugas pertama S3 adalah menggerakkan kursor pada layar komputer menuju target yang disiapkan dalam lingkaran dan memilihnya satu demi satu. Tugas berikutnya adalah mengejar dan kemudian mengunci target dalam berbagai ukuran yang dibuat bergerak secara acak di layar.
Hingga kini perangkat elektronik masih terpasang di otak S3 dan berfungsi baik. Ia bahkan bersemangat untuk berpartisipasi dalam program penelitian berikutnya.
Leigh Hochberg, dosen tamu bidang neurologi di Harvard Medical School dan Direktur BrainGate, mengatakan, keberhasilan itu membuktikan tidak ada sesuatu yang mustahil.
”Teknologi telah mewujudkan harapan untuk memperbaiki kualitas hidup. Terbukti seseorang yang anggota tubuhnya sudah tidak berfungsi, sudah tidak dapat berbicara, kini mampu mengontrol kursor komputer di luar tubuhnya,” katanya.
Memang para peneliti mengaku perangkat elektronik ini belum sepenuhnya berfungsi baik. Beberapa elektroda masih salah merekam sinyal otak meski telah enam bulan dipasang. Namun, setelah mengobservasi, mereka menyimpulkan bahwa masalah mungkin terkait dengan proses produksi.
Tidaklah mengherankan bila John Simeral, asisten profesor perekayasaan dari Brown University, menjanjikan upaya peningkatan sensitivitas perangkat dalam uji coba berikutnya. ”Yang penting, tujuan kami membantu mereka yang lumpuh terlaksana,” ujar Simeral.
Kesimpulannya, hasil penelitian itu sungguh menggembirakan karena menjadi tahap awal ke pengembangan fungsi yang lebih luas. Jurnal ilmiah Nature, misalnya, mengungkap bagaimana elektroda yang dipasang di otak Matt Nagle berperan jauh lebih besar.
Naggle yang lumpuh dari leher ke bawah gara-gara beberapa tusukan pisau sudah mampu menggerakkan lengan bioniknya, mengecek surat elektronik, bahkan memainkan berbagai games di komputer hanya dengan pikiran.
Tampaknya tak lama lagi mereka yang terpaksa menggunakan protese, kursi roda, bahkan terbaring di tempat tidur, bakal punya beragam aktivitas. Seperti Stephen Hawking yang tak membiarkan keputusasaan melanda, mereka bisa memanfaatkan teknologi menuju puncak kejayaan.
Sumber
Sunday, March 27, 2011
DNS Jumper v1.04
Aplikasi Untuk Membuka Situs Yang di Blokir dengan DNS Jumper
DNS Jumper adalah sebuah aplikasi ringan untuk mengubah DNS pada komputer dengan mudah dan sangat cepat. DNS Jumper juga menyediakan banyak daftar Server DNS seperti Google DNS, Open DNS, Ultra DNS, Exatel, Century, Cisco, Open Nic dan masih banyak lainnya. Dan Aplikasi ini bisa digunakan secara Portable tanpa harus diinstal pada komputer anda
DNS Jumper juga memberikan fitur untuk melakukan pengecekan Respon Time pada tiap-tiap daftar server DNS yang tersedia pada aplikasi tersebut, sehingga nantinya anda bisa memilih Server DNS apa yang anda paling anggap cepat. Dan jika anda memiliki daftar DNS sendiri yang tidak ada didalam aplikasi ini, anda juga bisa memasukkannya secara manual
Key features for “DNS Jumper 1.0.4 :
- You can choose your network card
- Add/modify custom DNS
- You can change the language
- Customize DNS manually
- Benchmark DNS IPs and measure time reaction
- Flush DNS button available
- Test the fastest DNS
Untuk mengganti kembali settingan awal DNS pada konesi internet bisa ikuti panduan lengkapnya disini : https://store.opendns.com/setup/computer/
Saturday, March 26, 2011
Penyakit Kanker Leher Rahim / Kanker Servik
Penyakit kanker leher rahim atau disebut juga kanker servik adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
Penyakit kanker servik ini disebabkan oleh beberapa jenis virus yang disebut Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini menyebar melalui kontak sexual, HPV dapat menyerang semua perempuan disetiap waktu tanpa melihat umur ataupun gaya hidup. Banyak wanita yang dengan daya tahan tubuh yang baik mampu melawan infeksi HPV dengan sendirinya. Namun demikian, terkadang virus ini berujung pada terjadinya penyakit kanker.
Di Indonesia, Kanker Serviks adalah kanker pembunuh perempuan Indonesia no.1 tertinggi saat ini. Setiap perempuan selama hidupnya beresiko terkena virus yang menyebabkan kanker serviks, terutama beresiko tinggi bagi mereka yang merokok, melahirkan banyak anak, memakai alat kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama serta mereka yang terinfeksi HIV AIDS.
Terjadinya kanker leher rahim
Layaknya semua kanker, kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan sel-sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker. Selama jeda tersebut, pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel yang abnormal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker.
Mendeteksi Kanker Serviks
Sel-sel yang abnormal tersebut dapat dideteksi kehadirannya dengan suatu test yang disebut “Pap smear test”, sehingga semakin dini sel-sel abnormal tadi terdeteksi, semakin rendahlah resiko seseorang menderita kanker leher rahim. Pap smear adalah suatu test yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.
Pemeriksaan Pap smear test yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui dan mendeteksi adanya kanker serviks pada diri seorang wanita.
Tanda dan Gejala Kanker Serviks
Secara umum tanda dan gejalanya adalah terjadinya perdarahan vagina setelah aktivitas sexual atau diantara masa menstruasi. Sementara itu tanda lain yang mungkin timbul antara lain adalah :
- Hilangnya nafsu makan dan berat badan
- Nyeri tulang panggul dan tulang belakang
- Nyeri pada anggota gerak (kaki)
- Terjadi pembengkakan pada area kaki
- Keluarnya feaces menyertai urin melalui vagina
- Hingga terjadi patah tulang panggul
- Pengobatan Penyakit Kanker Serviks
Bagi Anda yang terdiagnosa mengalami perubahan abnormal sel sejak dini, maka dapat dilakukan beberapa hal seperti ;
- Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.
- Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh ahli kandungan.
Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker dan kanker leher rahim telah dapat diidentifikasi, Maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk penyembuhannya antara lain ;
- Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus beserta leher rahimnya.
- Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
Pencegahannya
Ini merupakan berita yang sangat menarik, bahwa penyakit kanker leher rahim (kanker serviks) dapat dicegah. Yaitu dengan cara vaksinasi yang diberikan pada remaja putri dan perempuan dewasa.
Vaksin ini diresmikan hak ciptanya pada tahun 2006, pengembangnya adalah sebuah perusahaan obat terbesar dunia yang berada di Amerika Serikat (Merck & Co., Inc.). Vaksin ini diberi nama “Gardasil”. Vaksin tersebut, menurut WHO, juga efektif mencegah infeksi HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan hampir 90% dari semua jenis kanker leher rahim.
Pengenalan vaksin pencegah kanker serviks dan upaya untuk mendekatkan akses vaksin bagi masyarakat di diseluruh wilayah Indonesia diharapkan dapat menurunkan prevalensi kanker leher rahim serta meminimalkan fatalitas akibat serangan kanker tersebut.
Sumber
Tanda Tanda Anda Menderita Radang Paru Paru
Radang paru paru atau pneumonia adalah salah satu penyakit serius pada saluran pernafasan. Gejalanya yang mirip dengan infeksi saluran nafas yang lain terkadang membuat penanganan cepat penyakit ini menjadi terhambat. Sayangnya, akibat terlambat penanganan, penderita radang paru paru dapat mengalami kematian.
Berikut beberapa gejala atau tanda saat seseorang mengalami pneumonia sehingga bisa cepat ditangani.
- Demam yang sangat tinggi.
- Menggigil sehingga penderita terlihat sampai bergetar.
- Batuk yang makin lama makin berat dengan produksi dahak yang banyak.
- Nafas pendek atau sesak setelah melakukan aktifitas ringan harian.
- Nyeri dada terutama saat bernafas atau batuk.
- Tiba tiba kondisi tambah berat saat sebelumnya hanya menderita flu atau selesma.
Sumber
Radio Online (Streaming)
Subscribe to:
Posts (Atom)