By Putro Agus Harnowo - detikHealth, Rabu, 08/08/2012 17:27 WIB
ilustrasi (foto: Thinkstock)
Jakarta, Penderita diabetes harus rajin-rajin mengontrol gula darahnya. Kadar gula darahnya harus dijaga dalam kriteria yang bisa dikendalikan agar tak menimbulkan komplikasi ke penyakit lain.
Untuk pemeriksaan diabetes biasanya dilakukan pemeriksaan ke laboratorium. Namun pemeriksaan lewat laboratorium akan menjadi tidak efektif jika orang tersebut sudah menderita diabetes.
Karena kalau sudah menjadi pasien diabetes pemeriksaan harus dilakukan sering-sering sehingga akan repot kalau setiap saat pergi ke laboratorium.
Prof dr Sri Hartini KS Kariadi, SpPD-KEMD, pakar diabetes dari RS Hasan Sadikin, Bandung mencontohkan bagaimana pentingnya pemeriksaan gula darah sendiri.
Ia menceritakan seorang pasiennya yang menderita diabetes sejak 10 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan gula darah puasa sangat bagus ketika akan periksa ke laboratorium. Namun setelah itu hasilnya jelek lagi.
Belakangan, sang pasien mengaku bahwa tiap menjelang pemeriksaan laboratorium, ia selalu melakukan diet ketat dan olahraga teratur agar gula darahnya terlihat bagus. Namun selepas pemeriksaan, pola hidupnya kembali seperti semula.
Oleh karena itu, prof Sri menyerukan agar pasien tidak cepat-cepat puas dengan hasil pemeriksaan gula darah sebab bisa saja terjadi ketidaksesuaian.
Belum lagi ada risiko terjadinya hipoglikemia, yaitu kondisi terlalu sedikitnya kadar gula di dalam darah. Kondisi ini berbahaya sebab dapat memicu penyakit jantung dan penurunan kesadaran.
Hipoglikemia umumnya dialami pasien diabetes yang menjalani pengobatan untuk menurunkan gula darah. Biasanya, kondisi ini terjadi apabila pasien lupa makan setelah minum obat diabetes.
Oleh karena itu, prof Sri menganjurkan pasiennya untuk melakukan pemeriksaan gula darah secara mandiri (PGDM).
"Dengan pemeriksaan gula darah secara mandiri (PGDM), pemeriksaan darah dapat dilakukan secara mandiri setiap saat, tanpa harus di laboratorium. Biasanya pemeriksaan dilakukan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan," kata Prof Sri dalam acara Diskusi Media 'Analisa Dampak Ekonomi Pada Pasien Diabetes' di Kafe Pisa, Jakarta, Rabu (8/8/2012).
Salah satu pemeriksaan gula darah secara mandiri (PGDM) dengan membeli sendiri alat pengetesnya di apotek. Pasien bisa memeriksa sendiri kadar gula darahnya. Metode ini jauh lebih cepat dibanding pemeriksaan laboratorium karena hanya membutuhkan waktu 5 detik untuk mendapat pembacaan gula darah.
Selain itu, pemeriksaan gula darah juga bisa dilakukan setiap saat tanpa harus menunggu ke laboratorium dan dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan perawat.
Pemeriksaan gula darah mandiri dilakukan memakai suatu alat yang disebut glukosa meter. Sampel darah yang akan diukur diambil dengan cara menusuk jari.
Darah yang muncul kemudian diserap oleh secarik strip yang dirancang khusus lalu disusupkan ke alat untuk dibaca kadar gula darahnya.
Dengan cara ini, gula darah dapat dipantau setiap saat dan risiko munculnya hipoglikemia pun dapat diminimalisir.
Namun untuk pemeriksaan gula darah jangka panjang yang disebut A1C juga disarankan untuk dilakukan tiap 2-3 bulan sekali di laboratorium.
Apabila kadar gula darah lebih sering normal, maka hasil A1C akan baik. Namun apabila kadarnya lebih sering naik, maka hasil A1C akan naik pula.
Pemeriksaan A1C dianggap sebagai standar acuan yang berkolerasi dengan komplikasi diabetes.
Hasil pemeriksaan A1C yang ideal sebaiknya berkisar 6 - 7 persen. Di atas angka itu, risiko komplikasi akan semakin tinggi.
Untuk melihat batasan tingkat pengendalian diabetes, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
- Gula darah sebaiknya di bawah 100 mg/dL
- Gula darah 2 jam sesudah makan sebaiknya di bawah 145 mg/dL
- A1C sebaiknya di bawah 6,5 persen
(pah/ir)
Sumber
0 comments:
Post a Comment