By Winni Puspita Rahayu
Seperti yang telah kita ketahui, mikroorganisme tersebar secara merata di alam semesta. Mikroorganisme tersebut dapat berupa bakteri, fungi, protozoa yang tentu tidak terlihat oleh mata telanjang. Keberadaan jumlah bakteri itu sendiri di bumi mencapai 1031, yang jumlahnya melebihi jumlah dari keseluruhan bintang yang ada di jagad raya, yakni 1021. Mikroorganisme tersebut tersebar di seluruh daratan maupun lautan, lingkungan ekstrim panas maupun asam, atau pada tumbuhan, hewan, bahkan manusia. Keberadaan bakteri di tubuh manusia sering dikenal dengan istilah “human microbiome”.
Tahukah Anda, bahwa jumlah bakteri yang ada di tubuh manusia mencapai lebih dari 1000 triliyun? Jumlah sel di manusia dewasa saja hanya berkisar 100 triliyun sel. Hal itu artinya, keberadaan bakteri yang ada di tubuh manusia, jumlahnya mencapai 10 kali lipat dari jumlah sel manusia itu sendiri. Bakteri-bakteri ini secara sadar maupun tidak sadar, sudah menjadi partners atau bagian dari hidup kita. Saat pertama kita terlahir melalui vagina Sang Ibu, kita tidak hanya mendapatkan warisan genetik dari Sang Ibu. Akan tetapi, kita juga mendapatkan warisan bakteri dari vagina Sang Ibu. Saat Ibu hamil, bakteri Lactobacillus johnsonii mendominasi bagian vagina Sang Ibu. Hal ini disebabkan karena kondisi pH di vagina saat Sang Ibu hamil mengalami perubahan. Dengan demikian, Lactobacillus johnsonii ini kemudian memiliki kemampuan dalam memproduksi enzim yang digunakan untuk mencerna ASI yang kita minum. Hal ini tentu berbeda dari mereka yang terlahir secara sesar, karena ketiadaan dari bakteri Lactobacillus johnsonii. Fakta lain mengenai human microbiome yaitu, adanya kesamaan jumlah bakteri pada bayi dengan umur 1 tahun dengan bakteri yang ada di manusia dewasa.
Bagian tubuh lain yang menjadi basecamp bakteri misalnya, mulut. Jumlah bakteri yang ada di mulut mencapai 700 spesies, yang terdiri atas 10 filum! Bayangkan saja, spesies-spesies bakteri itu ada di dalam mulut kita. Belum lagi, kalau salah satu dari kita yang memang malas menggosok gigi. Akan seperti apa ya mulut kita? Tentu akan sangat bau sekali, karena bakteri-bakteri dalam mulut itu akan berespirasi secara anaerob, sehingga menyebabkan bau mulut yang tidak sedap. Sangat powerful bukan? Kemudian, kita masuk ke bagian organ dalam esophagus atau kerongkongan. Jumlah bakteri di esophagus ini mencapai 95 spesies yang terdiri atas 6 filum! Bakteri di usus kecil juga tidak ketinggalan, jumlahnya saja mencapai 128 spesies, yang terdiri atas 8 filum. Bakteri-bakteri ini mencakup Streptococcus, Lactobacillus, Haemophilus, Bifidobacteria, Bacteroides, dan lain-lain. Bifidobecteria misalnya, berperan sebagai bakteri probiotik. Bakteri probiotik ini memakan zat-zat prebiotik yang nantinya menghasilkan sistem kekebalan tubuh, karena bakteri patogennya pun juga kalah dengan bakteri probiotik. Tidak kalah dengan jumlah populasi bakteri yang ada di usus besar atau kolon. Jumlah populasi bakteri di tempat ini sangatlah padat. Satu gram dari feses saja dapat mengandung lebih dari 100 juta bakteri.
Contoh di atas masih mencakup sebagian besar bakteri yang terdapat di bagian tertentu manusia saja. Belum lagi kalau kita membahas lebih jauh mengenai bakteri yang ada di luar tubuh. Bakteri di kulit wajah yang sering kita keluhkan misalnya, yaitu bakteri penyebab jerawat (Propionibacterium acnes). Bakteri ini ada karena kondisi wajah kita yang kotor, stres, dan lain-lain. Bakteri di ketiak, kening, hidung, pusar, rambut, kuku, tangan, kaki, dan masih banyak lagi. Bahkan jenis bakteri di antara orang yang kurus dengan gemuk pun memiliki keragaman yang berbeda. Sejauh ini, pengetahuan akan fungsi keberadaan bakteri tersebut di manusia belum tereksplorasi secara keseluruhan. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan dengan semakin majunya teknologi, ilmu-ilmu baru tentang bakteri ini akan tercipta di masa yang akan datang. Yang terpenting adalah, bakteri-bakteri tersebut sudah menjadi bagian dari hidup kita sejak kita lahir, “Partner Kecil Kita yang Powerful”. Dan tubuh kita ini, akan selalu menjadi habitat penunjang bagi mereka hidup, bahkan sampai kita menutup mata.
Referensi
- Bello MGD et al. 2010. Delivery mode shapes the acquistion and structure of the initial microbiota across multiple body habitats in newborns. PNAS 107: 11971-11975.
- Costello EK et al. 2009. Bacterial community variation in human body habitats across space and time. Science 236.
- Suwanto A. 2012. Human Microbiome: The Power of Our Invisible friends. Bogor Agricultural University.
Sumber
0 comments:
Post a Comment