Gold Price

Category

Search This Blog

Tuesday, January 1, 2013

Cara memeriksa (mengukur) tekanan darah anda sendiri


By dr. Awi Muliadi Wijaya, MKM

Pendahuluan

Memeriksa tekanan darah (tensi) sebenarnya sangat mudah. Selama ini ketrampilan memeriksa tekanan darah seolah menjadi monopoli beberapa kelompok tertentu saja. Coba saja bila Anda datang ke suatu klinik untuk minta tolong memeriksakan tekanan darah Anda, maka pada umumnya (kebanyakan) pihak klinik akan meminta uang jasa. Bila Anda dapat memeriksa sendiri tekanan darah Anda, tentu Anda dapat berhemat dan lebih dari itu Anda juga dapat menolong memeriksakan tensi bagi seluruh anggota keluarga & teman-teman Anda (sekalian latihan).

Sekarang Anda dapat memeriksa sendiri tekanan darah Anda atau anggota keluarga Anda. Penulis akan menjelaskan  bagaimana cara mengukur tekanan darah tahap demi tahap. Alat yang kita butuhkan untuk memeriksa tekanan darah adalah manset tensimeter (sphygmomanometer) dan stetoskop, kedua alat ini dapat kita peroleh di toko alat kesehatan dengan harga relatif murah. Sphygmomanometer ada yang model Air Raksa dan bukan Air Raksa (model jarum dan digital), anda dapat memilih yang mana saja sesuai selera dan kondisi keuangan, semuanya dapat dipakai dengan cukup presisi/akurat.



Gambar Tensimeter model jarum dan Stetoskop

Cara mengukur Tekanan darah

  • Lilitkan manset tensimeter pada lengan atas (kiri atau kanan) di atas siku. Manset dililitkan pada bagian ini karena di sana terdapat pembuluh darah Arteri yang berasal langsung dari jantung. Pembuluh ini terletak dekat di bawah kulit, disebut juga Arteri Brachialis.
  • Upayakan tensimeter diletakkan setinggi/sejajar jantung baik dalam posisi tidur maupun duduk/berdiri. Tangan yang diperiksa dalam keadaan rileks.
  • Tutuplah katup pengatur udara pada pompa karet manset tensimeter dengan cara memutar kekanan sampai habis.
  • Stetoskop dipasang pada telinga Anda, bagian yang pipih (membrannya) ditempelkan pada bagian dalam lipatan siku di sebelah bawah lilitan manset.
  • Pompalah udara kedalam manset dengan cara meremas pompa karet berulang-ulang sampai tekanan menunjukkan/mencapai 140 mmHg. Tekanan 140 mmHg ini atas dasar 20 mmHg di atas tekanan sistole yang diperkirakan pada orang dewasa normal (tidak menderita hipertensi) yaitu 120 mmHg.
  • Manset yang dipompa menyebabkan tekanannya meningkat dan menekan Arteri Brachialis sehingga pada suatu saat (tekanan tertentu) aliran darah pada Arteri Brachialis terhenti. Dengarkan stetoskop yang telah dipasang pada telinga, bila masih ada suara duk..duk..duk..duk.., berarti Anda perlu menaikkan lagi tekanan pada manset dengan cara memompa pompa karet sedikit demi sedikit sampai suara tersebut tak terdengar lagi. Apabila yang diperiksa adalah penderita hipertensi, tentu suara duk..duk itu masih terdengar setelah tekanan mencapai 140 mmHg, maka naikkan lagi 20 mmHg dst secara bertahap hingga suara hilang.
  • Buka katup pengatur udara dengan cara memutar kekiri sedikit dengan penuh perasaan agar udara dari manset keluar sedikit demi sedikit sehingga aliran darah arteri Brachialis mengalir kembali. Dengar dan awasi suara yang timbul ketika katup manset dibuka, akan terdengar suara duk-duk-duk.
  • Suara duk-duk-duk yang pertama kali Anda dengar disebut juga suara KOROTKOW (Korotkoff).
  • Teruskan pengeluaran udara dari manset secara perlahan maka tekanan manset turun bertahap, suara duk-duk-duk terdengar semakin meredup dan akhirnya tidak terdengar lagi.


Bagaimana menentukan tekanan sistole dan diastole?

Fase I:

Perhatikan ketika Anda memompa manset sampai suatu nilai tekanan (misal 140 mmHg) atau sampai tidak terdengar suara duk..duk..duk.., maka kegiatan memompa dihentikan. Ketika katup pengatur udara dibuka sedikit, udara akan dikeluarkan sedikit demi sedikit, maka tekanan manset berkurang secara bertahap. Mendadak akan terdengar suara yang jelas, pendek-pendek, bersifat ketukan (tapping) yang makin lama semakin keras, suara ini dinamakan suara Korotkoff. Suara ini terdengar selama tekanan manset diturunkan 10-14 mmHg.

Fase II:

Suara berubah menjadi bising (murmur) dan kerasnya berkurang selama penurunan tekanan 15-20 mmHg.

Fase III:

Suara menjadi jelas kembali dan lebih keras selama penurunan 5-7 mmHg berikutnya.

Fase IV:

Suara menjadi redup dan lemah dengan cepat selama penurunan 5-6 mmHg berikutnya.

Fase V:

Suara mulai menghilang.


Catatan: Ingat dan catat suara yang pertama kali terdengar (fase I) terjadi pada tekanan berapa? itulah tekanan sistole. Suara yang menghilang (fase V) berkorelasi dengan tekanan diastole pada orang dewasa. Tekanan diastole pada anak-anak terjadi pada fase IV. Juga pada waktu kerja fisik pada orang dewasa, tekanan diastole terjadi pada awal fase IV.

Lakukan pemeriksaan ini  dua sampai tiga kali.

Selamat berlatih.
Bila Anda perlu mempelajari pengukuran tekanan darah melalui penayangan audio visual, klik video di bawah ini.



Video cara mengukur tekanan darah. (Sumber: www.youtube.com)

Penulisan (pencatatan) hasil pemeriksaan tekanan darah

Hasil pemeriksaan tekanan darah ditulis sebagai berikut: tekanan diastole/tekanan sistole, dalam satuan milimeter Air raksa (mm Hg).

Contoh: bila dari hasil pengukuran didapatkan tekanan diastole 120 dan tekanan sistole 80, maka penulisannya adalah 120/80 mm Hg.


Hasil pengukuran tekanan darah sebaiknya dicatat pada buku catatan (note book). Hal-hal yang perlu dicatat antara lain nama yang diperiksa, nama pemeriksa, waktu pemeriksaan dan hasil pemeriksaan. Anda dapat memeriksa dan mencatat tekanan darah secara reguler misalnya setiap 15 menit sekali bila memang diperlukan pada kasus-kasus gawat darurat, atau setiap 1 jam, 6 jam, 24 jam dan 1 minggu sekali. Catatan ini bermanfaat untuk melihat perbandingan (perkembangan) tekanan darah seseorang dari waktu kewaktu. 

Contoh pencatatan hasil pemerksaan tekanan darah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.



Sumber

0 comments:

Post a Comment