Pada sekitar tahun 1950-an di Indonesia terkenal konsep mengenai pedoman gizi yang disebut dengan 4 sehat 5 sempurna. Konsep tersebut dibuat oleh Prof. Poerwo Soedarmo, yang juga disebut sebagai bapak gizi Indonesia. Tetapi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini, maka disadari bahwa kebutuhan gizi tidak dapat di sama ratakan untuk setiap orang di setiap usia. Dalam arti gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak tentu berbeda dengan orang dewasa, demikian juga kebutuhan gizi bagi ibu hamil/menyusui & orang lanjut usia.
Ki-ka : moderator; Prof. Soekirman, SKM, MPS-ID. PhD; Prof. Ir. H. Hardinsyah, MS.PhD & Dr. Idrus Jus’at
Prof. Soekirman dalam kata pengantarnya mengatakan saat ini terjadi perubahan gaya hidup di masyarakat, dimana orang menjadi lebih jarang melakukan aktifitas fisik & mempunyai pola makan yang berubah (lebih banyak mengkonsumsi makanan yang manis & tinggi lemak). Sehingga mungkin saja meskipun secara fisik terlihat normal, tetapi bila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut akan terlihat kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Selain itu masalah gizi lebih seperti kegemukan & obesitas saat ini juga mulai banyak terlihat. Sehingga bisa dibilang saat ini terjadi permasalahan ganda di masyarakat yaitu kasus gizi kurang yang banyak terjadi & kasus gizi lebih (kegemukan/obesitas).
Bentuk Visual Pedoman Gizi Seimbang Indonesia
Tumpeng gizi seimbang (TGS) terdiri atas beberapa potongan tumpeng, yaitu : 1 potongan besar, 2 potongan sedang, 2 potongan kecil & di puncak terdapat potongan terkecil. Luasnya potongan TGS menunjukkan porsi konsumsi setiap orang per hari. Potongan TGS dialasi oleh air putih, artinya air putih merupakan bagian terbesar & zat gizi esensial bagi kehidupan, dalam sehari kebutuhan air putih yang harus dipenuhi minimal adalah 2 liter (8 gelas).
Sejak tahun 2000-an sebenarnya Depkes mulai memperkenalkan panduan mengenai gizi yang baru, yang disebut dengan “Pedoman gizi seimbang” (PGS). Tetapi karena kurangnya sosialisasi, maka masih banyak masyarakat yang masih belum mengetahui hal tersebut. Oleh karena itu, pada tanggal 27 Januari 2011 kemarin, bertempat di Hotel Akmani, Jakarta, diselenggarakan acara konfrensi pers mengenai gizi seimbang & pembagian buku yang berjudul “Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang”.
Dalam acara tersebut juga dilakukan media edukasi mengenai gizi seimbang untuk setiap kelompok usia. Hadir sebagai nara sumber adalah : Prof. Soekirman, SKM, MPS-ID. PhD; Dr. Idrus Jus’at & Prof. Ir. H. Hardinsyah, MS.PhD.
Ki-ka : moderator; Prof. Soekirman, SKM, MPS-ID. PhD; Prof. Ir. H. Hardinsyah, MS.PhD & Dr. Idrus Jus’at
Prof. Soekirman dalam kata pengantarnya mengatakan saat ini terjadi perubahan gaya hidup di masyarakat, dimana orang menjadi lebih jarang melakukan aktifitas fisik & mempunyai pola makan yang berubah (lebih banyak mengkonsumsi makanan yang manis & tinggi lemak). Sehingga mungkin saja meskipun secara fisik terlihat normal, tetapi bila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut akan terlihat kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Selain itu masalah gizi lebih seperti kegemukan & obesitas saat ini juga mulai banyak terlihat. Sehingga bisa dibilang saat ini terjadi permasalahan ganda di masyarakat yaitu kasus gizi kurang yang banyak terjadi & kasus gizi lebih (kegemukan/obesitas).
Pedoman gizi seimbang (PGS) sendiri adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis & jumlah yang sesuai dengan kebutuhan hidup, dengan memperhatikan 4 prinsip yaitu (1) variasi makanan, (2) pentingnya pola hidup bersih, (3) pentingnya pola hidup aktif & olahraga serta (4) memantau berat badan ideal. Berbeda dengan konsep 4 Sehat 5 Sempurna yang menyamaratakan kebutuhan gizi semua orang, pedoman gizi seimbang berprinsip bahwa tiap golongan usia, jenis kelamin, kesehatan & aktifitas fisik memerlukan PGS yang berbeda, sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok tersebut.
Disamping itu, PGS juga menekankan proporsi yang berbeda untuk setiap kelompok yang disesuaikan atau diseimbangkan dengan kebutuhan tubuh. Perbedaan lainnya adalah PGS tidak memperlakukan susu sebagai makanan sempurna, melainkan ditempatkan satu kelompok dengan sumber protein hewani lainnya. Untuk mempermudah pemahaman mengenai PGS, setiap negara di dunia memiliki visualisasi yang disesuaikan dengan kebudayaan masing-masing. Di Indonesia, prinsip PGS divisualisasi dalam bentuk tumpeng dengan nampannya yang disebut dengan “Tumpeng Gizi Seimbang” (TGS).
Bentuk Visual Pedoman Gizi Seimbang Indonesia
Tumpeng gizi seimbang (TGS) terdiri atas beberapa potongan tumpeng, yaitu : 1 potongan besar, 2 potongan sedang, 2 potongan kecil & di puncak terdapat potongan terkecil. Luasnya potongan TGS menunjukkan porsi konsumsi setiap orang per hari. Potongan TGS dialasi oleh air putih, artinya air putih merupakan bagian terbesar & zat gizi esensial bagi kehidupan, dalam sehari kebutuhan air putih yang harus dipenuhi minimal adalah 2 liter (8 gelas).
Pada potongan tumpeng bagian atas terdapat potongan besar yang merupakan golongan makanan pokok (sumber karbohidrat). Karbohidrat dianjurkan dikonsumsi 3-8 porsi/hari. Diatas bagian ini terdapat golongan sayuran (dianjurkan 3-5 porsi/hari) & buah (dianjurkan 2-3 porsi/hari) sebagai sumber serat, vitamin & mineral. Kemudian diatasnya lagi ada golongan makanan sumber protein, yang dibagi menjadi golongan protein nabati & hewani (dianjurkan dikonsumsi 2-3 porsi/hari). Pada puncak tumpeng terdapat golongan minyak, gula & garam yang dianjurkan untuk dikonsumsi seperlunya.
Salah satu tantangan yang juga harus diperhatikan adalah tentang pemenuhan gizi seimbang pada periode tertentu, yang juga dikenal dengan istilah window opportunity. Yaitu suatu kesempatan singkat untuk melakukan sesuatu yang menguntungkan & harus dimanfaatkan. Dalam bidang gizi, kesempatan tersebut berkisar dari sebelum kehamilan sampai anak berumur sekitar 2 tahun. Untuk mencegah masalah dampak kekurangan gizi, maka harus dilakukan upaya perbaikan gizi pada kelompok penduduk yang termasuk dalam window opportunity, yaitu remaja perempuan, ibu hamil, ibu menyusui & bayi sampai anak usia 2 tahun.
Ibu hamil sering menghadapi beberapa masalah kesehatan, seperti mual & muntah secara berlebihan, anemia & kekurangan zat besi, sembelit, hipertensi, preeklamsia & eklamsia serta diabetes gestasional. Padahal kecukupan ibu hamil harus banyak mendapat perhatian karena berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak. Periode emas perkembangan otak anak sendiri dimulai sejak dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun.
0 comments:
Post a Comment