Gold Price

Category

Search This Blog

Sunday, September 30, 2012

Life is Like a Cup of Coffee


Spiritual Story by Unknown


A group of alumni, highly established in their careers, got together to visit their old university professor. Conversation soon turned into complaints about stress in work and life.

Offering his guests coffee, the professor went to the kitchen and returned with a large pot of coffee and an assortment of cups - porcelain, plastic, glass, crystal, some plain looking, some expensive, some exquisite - telling them to help themselves to the coffee.

When all the students had a cup of coffee in hand, the professor said: "If you noticed, all the nice looking expensive cups have been taken up, leaving behind the plain and cheap ones. While it is normal for you to want only the best for yourselves, that is the source of your problems and stress.

Be assured that the cup itself adds no quality to the coffee. In most cases it is just more expensive and in some cases even hides what we drink. What all of you really wanted was coffee, not the cup, but you consciously went for the best cups... And then you began eyeing each other's cups.

Now consider this: Life is the coffee; the jobs, money and position in society are the cups. They are just tools to hold and contain Life, and the type of cup we have does not define, nor change the quality of life we live.

Sometimes, by concentrating only on the cup, we fail to enjoy the coffee. Savor the coffee, not the cups! The happiest people don't have the best of everything. They just make the best of everything. Live simply. Love generously. Care deeply. Speak kindly.


------------------------------------------------------------------------

Sekelompok alumni, yang sudah sangat mapan dalam karir mereka, berkumpul untuk mengunjungi seorang profesor universitas lama mereka. Percakapan segera berubah menjadi keluhan tentang stres dalam pekerjaan dan kehidupan mereka.

Menawarkan kopi kepada tamunya, sang profesor kemudian ke dapur dan kembali dengan sebuah teko besar yang berisi kopi serta bermacam-macam cangkir, ada yang terbuat dari porselin, plastik, gelas, kristal, ada juga yang polos, serta beberapa cangkir terkesan mahal, kemudian sang profesor mempersilahkan mereka untuk mengambil cangkir dan tuang kopi sendiri.

Ketika para alumni sudah memegang secangkir kopi di tangan, sang professor kemudian berkata "Jika Anda perhatikan, semua cangkir yang bagus dan mahal telah diambil kalian, yang tertinggal hanyalah cangkir biasa dan murah. Memang ini adalah normal dan wajar bagi Anda untuk ingin mendapatkan yang terbaik bagi dirimu, namun itulah yang merupakan sumber dari masalah dan stres Anda.

Yakinilah bahwa cangkir itu sendiri tidak menambah kualitas apapaun kepada kopi yang anda minum. Cangkir mahal tersebut hanyalah menambah kemahalan secangkir kopi, dan beberapa kasus bahkan cangkir menyembunyikan apa yang kita minum. Padahal yang Anda benar-benar inginkan adalah kopi tersebut dan bukan cangkirnya, tetapi secara naluri kalian tentu menginginkan cangkir yang terbaik... Dan kemudian Anda pun mulai melirik cangkir yang dipegang orang lain dan membandingkan dengan cangkir sendiri.

Sekarang pertimbangkan ini "Hidup adalah kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkir. Mereka hanyalah alat untuk mendukung dan mengeliling hidup kita, dan berbagai jenis cangkir yang kita miliki tidak bisa menentukan, atau bahkan mengubah kualitas kehidupan yang kita jalani.

Sering kali kita berkonsentrasi pada sebuah cangkir, kita jadi lupa untuk menikmati kopinya. Kita ingin menikmati kopi, bukan cangkirnya!

Orang yang paling bahagia tidak memiliki yang terbaik dari segala sesuatu. Mereka hanya membuat yang terbaik dari segala sesuatu yang ada.

Hidup sederhana.

Mencintai dengan tulus hati.

Peduli dengan sesama insan manusia.

Berbicaralah dengan baik.





Source

0 comments:

Post a Comment