Gold Price

Category

Search This Blog

Sunday, July 31, 2011

Ketika Kolesterol Jahat Mengintai



foto


TEMPO Interaktif, Cruss... jarum ditusukkan ke jari, dan setitik darah ke luar. Petugas lantas menekan jari tersebut guna mendapatkan darah yang lebih banyak untuk diukur ke alat pengukur. Tak sampai 5 menit, angka-angka keluar menunjukkan kadar kolesterol jahat dan baik. Tapi, sebelumnya, petugas mengukur tekanan darah terlebih dulu.


Begitu angka-angka ini keluar, beberapa jurnalis tampak sedikit kesal karena angkanya cukup tinggi meski dalam batas toleran. Tapi, ada juga yang bahagia karena kadarnya normal. Dari sinilah ahli jantung Rumah Sakit Premier Jakarta Timur Dr. P. Tedjasukmana, SpJP, FIHA, menerangkan tentang kolesterol dan hubungannya dengan kesehatan jantung.


Kolesterol merupakan zat seperti lilin yang berada dalam darah dan setiap sel tubuh, yang berfungsi membentuk membran sel dan membentuk hormon. Sebanyak 80 persennya diproduksi sendiri oleh hati dan sisanya dari luar tubuh yang berasal dari makanan. Kolesterol inilah yang kemudian berkembang menjadi kolesterol jahat yang disebut low density lipoprotein (LDL). Adapun kolesterol baik disebut high density lipoprotein (HDL). Si jahat LDL membentuk plak di dinding pembuluh darah dan atherosclerosis. Sedangkan HDL memindahkan LDL dari dinding pembuluh darah.


"Jika LDL ini terlalu banyak, akibatnya terjadi penumpukan plak dan menyumbat pembuluh darah," ujar dokter Tedjasukmana saat ditemui di Fitness First Senayan City, Jumat pekan lalu.


Sumbatan ini, kata Tedjasukmana, bisa terjadi di pembuluh darah mana pun. Contohnya, jika plak itu menyumbat di pembuluh darah otak akan menyebabkan stroke. Bila di jantung, akan timbul penyakit jantung koroner. Dan, jika di ginjal, akan memicu hipertensi. Yang membahayakan, ujar dia, sumbatan ini sering datang tiba-tiba dan mematikan. Terutama untuk sumbatan di otak dan jantung.


Tedjasukmana menekankan tingginya kadar kolesterol ini sering tidak menimbulkan keluhan yang berarti, sehingga orang terlena dan meremehkannya. "Tahu-tahu sudah tinggi, menumpuk, dan menimbulkan kematian mendadak," ujarnya.


Dia menganjurkan agar mengenali tanda-tanda yang sering muncul. "Hati-hati jika sakit dada lebih dari 15 menit. Jangan-jangan ini jantung koroner," ujar mantan dokter di RS Cipto Mangunkusumo ini.


Rasa sakit di dada ini sering terjadi di bagian belakang tulang dada, dan rasanya berbeda tiap orang. Ada yang merasa seperti diperas atau ditusuk, ada juga yang merasa seperti ditekan benda berat. Selain itu, disertai gangguan pernapasan dan keringat dingin. Pada orang-orang lanjut usia, ibu-ibu, dan orang dengan diabetes melitus, gejala itu tidak asing lagi. Tedjasukmana pun mengingatkan bahwa penderita diabetes berpotensi sama dengan orang berpenyakit jantung non-diabetes.


Untuk mencegah terjadinya penumpukan kolesterol jahat yang menyebabkan kematian, spesialis gizi klinis RS Siloam, Dr. Endang Darmoutomo, MD, MS, menganjurkan agar lebih banyak makan makanan berserat tinggi. "Risiko penyakit ini terutama dari pola makan yang tidak sehat. Dengan makanan berserat tinggi, kalori yang terserap sedikit dan menyehatkan pencernaan," ujarnya.


Selain faktor makanan, cara mengurangi kadar LDL bisa dilakukan dengan berolahraga. Olahraga, menurut spesialis olahraga kesehatan Universitas Indonesia, Dr. Rachmat Wisnu Hidayat, SpKO, secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kadar kolesterol. Efek langsungnya meningkatkan aktivitas enzim yang memetabolisme lipoprotein di liver dan meningkatkan ukuran serta jumlah protein pengangkut kolesterol.


Efek tidak langsungnya, dalam jangka panjang, berat badan akan turun dan menurunkan kadar kolesterol jahat. Dia merujuk pada hasil banyak penelitian yang menunjukkan bahwa olahraga meningkatkan kolesterol HDL hingga 4,6 persen dan menurunkan kolesterol LDL hingga 5 persen. "Setiap penurunan LDL atau peningkatan HDL 1 persen menurunkan 2-3 persen risiko penyakit jantung koroner atau stroke," ujar Rachmat.


DIAN YULIASTUTI


Sumber

0 comments:

Post a Comment