Category
ACCOUNTING
(1)
AUTOMOTIVE
(4)
COMPUTER
(82)
EBOOK
(1)
ELECTRONICS
(5)
ENVIRONMENT
(1)
FINANCIAL
(1)
HEALTH
(265)
INFO
(6)
LAW
(1)
MANAGEMENT
(8)
MOBILE DEVICES
(14)
MORAL STORIES
(62)
NETWORK
(2)
OTHERS
(24)
PHILOSOPHY
(1)
PSYCHOLOGY
(19)
SCIENCE
(6)
Search This Blog
Sunday, May 22, 2011
Deteksi Dini Kanker Kolon
TEMPO Interaktif, Jakarta - Abdullah Al Jufri masih tampak gesit, gagah, dan bugar di usianya yang ke-60. Hampir sulit dipercaya pria yang masih aktif bekerja sebagai konsultan perbankan ini adalah pengidap kanker kolorektal atau usus besar.
Abdullah tak percaya ketika didiagnosis mengidap kanker kolon stadium IIB. Pasalnya, yang dirasakan Abdullah pada awalnya hanya seperti sakit lambung. Namun “sakit lambung”-nya berlangsung selama dua bulan dan tak mempan diberi obat sakit maag.
Hingga kini Abdullah tak habis pikir mengapa ia bisa kena kanker kolon. “Padahal saya sangat suka makan sayur, jarang makan daging merah, dan rajin berenang,” kata pria perokok yang dulu bisa menghabiskan satu bungkus rokok per hari ini. Namun, kalau diurut riwayat penyakit ini di keluarganya, salah seorang pamannya memang terkena kanker ini. Nah!
Abdullah sempat menjalani operasi pemotongan usus besar hingga 41 sentimeter. Bukan hanya pemotongan itu yang membuatnya menderita, proses kemoterapi selama setahun juga hampir membuatnya putus asa. “Dokter bilang kemoterapi bukan masalah, tapi mereka, kan, tidak pernah merasakan,” kata Abdullah, yang kini jadi lebih sering buang air besar dari sebelum pemotongan.
Seperti Abdullah, Robert, pria yang semasa mudanya adalah olahragawan, didiagnosis menderita kanker kolon. Dia juga sudah mengalami pemotongan sebagian usus besarnya. “Selama kemoterapi, yang saya rasakan adalah munculnya bisul kecil di sekujur tubuh yang sangat mengganggu,” kata mantan perokok yang dulu biasa menghabiskan dua bungkus rokok sehari itu.
Penderitaan Robert pun tak selesai meski ia tuntas menjalani kemoterapi. Ternyata sel kanker muncul lagi di hatinya. “Eh, setelah lever dipotong sebagian, muncul juga di paru-paru,” kata pria bertubuh tinggi besar ini.
Di balik segala masalahnya, Robert, yang kini menjadi salah satu survivor kanker yang tergabung di Yayasan Kanker Indonesia, tetap menjalani hidup dengan semangat tinggi. “Bagi saya, selama masih bisa bernapas dan berjalan, saya akan tetap menjalani aktivitas seperti biasa,” katanya.
Abdullah dan Robert adalah sebagian dari 60 orang yang hadir dalam kumpul-kumpul para survivor kanker kolon di Hotel Sahid Jaya Jakarta, Sabtu pekan lalu. Ini adalah pertemuan kedua yang digagas Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bekerja sama dengan salah satu perusahaan farmasi Indonesia.
Kanker kolon (usus besar) menempati urutan keempat di kelompok penyakit kanker sebagai penyebab kematian. Tingkat kematiannya mencapai 608 ribu kematian di seluruh dunia. Sementara itu, sebanyak 60 persen kasus justru terjadi di negara berkembang. Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat yang kebarat-baratan.
“Dulu kanker ini dianggap sebagai penyakit orang kaya. Sekarang dengan mudahnya kita mendapat junk food, ini bisa menyerang siapa saja,” kata Dr Aru Wisaksono Sudoyo, PhD, FACP, ahli onkologi senior di Universitas Indonesia. Aru menambahkan, sebenarnya, selain menjalani gaya hidup lebih sehat, penyakit ini bisa dicegah dengan screening dan deteksi dini.
Deteksi dini yang dimaksudkan adalah pemeriksaan colok dubur, pemeriksaan darah samar, kolonoskopi, dan enema barium (memasukkan cairan barium ke dalam poros usus besar). Banyak masyarakat enggan melakukan deteksi dini karena merasa tidak mungkin terkena kanker usus besar. “Mereka enggan melewati pemeriksaan colok dubur yang dirasa memalukan,” kata Dr Ibrahim Basir, SpB-KBD, ahli bedah perut senior di Universitas Indonesia.
Selain deteksi dini, tiap orang disarankan tahu apakah dia punya risiko lebih besar. Misalnya apakah punya pola diet rendah serat, tinggi lemak, obesitas, kecanduan merokok, serta usia dan pertambahan usia. Penderita kanker kolon terbanyak adalah orang berusia 60-70 tahun.
Deteksi dini menjadi semakin penting manakala ada indikasi rasa sakit perut yang tidak hilang dengan pengobatan maag atau diare biasa. Perhatikan juga perubahan pola buang air besar, seperti feses berlendir, seperti kotoran kambing atau kerikil. “Berlendir dan berwarna lebih gelap ini adalah pertanda sudah ada pendarahan di dalam,” kata Aru.
Perkembangan Kanker Kolon
Stadium 0: ada sel abnormal atau polip yang ditemukan di bagian terdalam lapisan usus besar.
Stadium I: polip mulai berkembang menjadi kanker dan menyebar ke bagian tengah lapisan usus besar tapi belum menembus usus. Harapan hidup dalam lima tahun 85-95 persen.
Stadium II: kanker menyebar ke organ-organ terdekat. Biasanya sudah menembus usus. Harapan hidup lima tahun 60-80 persen.
Stadium III: kanker sudah menyebar ke dinding ke organ-organ terdekat serta kelenjar getah bening. Harapan hidup sampai dengan lima tahun 30-60 persen.
Stadium IV: kanker sudah mengenai kelenjar getah bening dan orang lain seperti hati dan paru-paru. Harapan hidup lima tahun kurang dari 5 persen.
UTAMI WIDOWATI
Sumber
Labels:
HEALTH
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment