-By Christian Hermawan-
Saat ini semakin banyak individu yang stres karena tekanan hidup yang semakin berat. Ekonomi yang tak menentu, penyakit yang semakin banyak, bencana yang terjadi di mana-mana, dan banyak hal lainnya yang dapat membuat individu mengalami stres. Apakah Anda salah satunya? Pada artikel ini saya ingin membahas tentang cara – cara yang dapat digunakan untuk membuat diri kita menjadi lebih bahagia.
Tubuh manusia memang unik. Berbagai emosi yang dirasakan individu dapat mempengaruhi keadaan fisik individu tersebut. Sebagai contoh, saat individu mengalami stress maka individu tersebut dapat mengalami sakit maag, pusing, mual, dsb. Sedangkan bila individu sedang bahagia, maka rasa lelah, pegal, dan penat seakan – akan tidak terasa.
Sebaliknya, fisik juga dapat mempengaruhi emosi. Sebagai contoh, ekspresi wajah kita dapat menentukan juga emosi apa yang kita rasakan. Saat kita tersenyum, maka emosi yang kita rasakan menjadi lebih positif. Sedangkan bila kita cemberut, maka emosi yang kita rasakan menjadi lebih negatif. Contoh lainnya, posisi tubuh kita juga mempengaruhi emosi yang kita rasakan. Bila posisi tubuh kita seperti individu yang sedang bersedih (bertopang dagu, membungkuk, dll) maka emosi kita juga akan lebih negatif dibandingkan bila posisi tubuh kita seperti yang dilakukan individu yang sedang bahagia (kepala tegak, menaikkan kedua tangan ke atas, dll).
Bagaimana proses terjadinya fisik mempengaruhi emosi? Otak ternyata dapat “tertipu” oleh fisik kita. Otak telah memiliki memori tentang apa yang kita lakukan saat merasakan emosi tertentu. Seperti telah disebutkan di atas, saat individu sedih pada umumnya akan bertopang dagu, saat individu bahagia akan merentangkan kedua tangan ke atas. Memori itu yang kemudian membuat otak “tertipu” oleh fisik kita. Saat fisik kita melakukan sesuatu yang merupakan tanda-tanda dari emosi tertentu tersebut, otak membuat kita berpikir kalau kita sedang merasakan emosi tersebut sehingga kita akhirnya seakan-akan merasakan emosi tersebut.
Dengan mengetahui bahwa kita dapat “menipu” otak untuk merasakan emosi yang kita inginkan tentu dapat membantu kita ketika kita sedang sedih, tidak bersemangat, atau kesal. Apabila kita sedang merasakan emosi negatif, cobalah untuk mengubah posisi tubuh atau tersenyum, tertawa sehingga dapat membuat otak kita berpikir kita sedang merasakan sebaliknya.
Strack, F., Martin, L.L., & Stepper, S. (1988). Inhibiting and facilitating conditions of the human smile: a nonobtrusive test of the facial feedback hypothesis. Journal of Personality and Social Psychology, 54, 768-777.
McGonigal, Kelly. (2009). Change Your Posture. http://www.psychologytoday.com/blog/the-science-willpower/200910/change-your-posture
Info Penulis:
Christian Hermawan adalah alumni Fakultas Psikologi UI. Meskipun saat ini disibukkan oleh rutinitas pekerjaan, ia masih menyempatkan diri berbagi pengetahuan melalui artikel - artikelnya.
0 comments:
Post a Comment