Gold Price

Category

Search This Blog

Wednesday, June 30, 2010

Kepemimpinan Itu di Akhir

Oleh : Arvan Pradiansyah *)

Monday, March 22nd, 2010



Alkisah, suatu ketika, seorang pelacur menemukan seekor anjing yang kehausan. Tanpa berpikir panjang ia membuka sepatunya, mengisinya dengan air, kemudian memberikannya kepada anjing itu. Anjing itu pun meminum air itu dengan penuh gembira dan suka cita. Namun, nasib malang menimpa pelacur tadi. Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, pelacur itu tewas ditabrak kendaraan yang melaju amat cepat. Konon, menurut cerita ini, si pelacur masuk surga. Semua kesalahannya dimaafkan setelah ia menolong seekor anjing dengan penuh kasih.

Cerita lain mengenai seorang ahli ibadah yang rajin bersembahyang dan menyembah tuhannya. Namun, ketika melihat seekor kucing yang kelaparan, ia sama sekali tidak tergerak untuk memberinya makan. Kucing ini begitu menderita dan menjadi sekarat. Dan ternyata hari itu juga merupakan akhir dari kehidupan sang ahli ibadah. Konon, menurut cerita ini, ia dimasukkan ke dalam neraka.

Pembaca yang budiman, kedua cerita di atas memberikan ilustrasi kepada kita mengenai betapa pentingnya sebuah akhir yang baik. Bahkan, sesungguhnya akhir itu jauh lebih penting daripada awal. Bukankah nilai seseorang ditentukan dari akhirnya dan bukan awalnya? Seorang yang baik di awal tetapi buruk di akhirnya akan dinilai buruk, sebaliknya seorang yang buruk di awal tetapi baik di akhir akan dinilai baik. Jadi, yang menentukan baik-buruknya bukanlah awal, melainkan akhir.

Sekarang saya bertanya kepada Anda: mana yang lebih baik mantan ustadz atau mantan penjahat? Bagaimana dengan dua artis berikut ini? Artis pertama dikenal sebagai artis yang baik dan sopan, tetapi kini ia sering berbusana minim dan tampil seronok. Sementara artis kedua, dulu suka berbusana minim dan sering tampil dalam film-film panas. Namun, sekarang ia menutup auratnya rapat-rapat dan dengan anggun menggunakan busana muslimah. Ia meninggalkan semua perilaku buruknya dan menjadi orang yang saleh. Nah, kalau saya meminta kepada Anda untuk memilih yang mana di antara kedua artis ini yang berperilaku baik, saya yakin Anda pasti akan memilih yang kedua. Kriterianya jelas, Anda hanya melihat perilakunya yang sekarang. Singkatnya, akhir itu lebih penting daripada awal.

Pembaca yang budiman, sesungguhnya apa yang sedang saya bicarakan ini adalah sebuah konsep kepemimpinan. Kepemimpinan, menurut saya, adalah kemampuan mengelola akhir, bukan awal. Mengapa? Karena, siapa pun bisa mengelola yang di awal. Anda tidak perlu belajar kepemimpinan untuk bisa melakukannya. Anda cukup menggunakan akal sehat dan melakukan apa yang perlu dilakukan secara alami. Namun, untuk mengelola yang di akhir, Anda betul-betul membutuhkan kepemimpinan. Tanpa kepemimpinan, Anda pasti akan mengalami kegagalan.

Coba Anda pikirkan contoh-contoh yang saya sebutkan berikut ini. Berapa banyak orang yang ketika mulai bekerja di suatu tempat memulainya dengan baik-baik? Saya kira hampir semua orang di dunia ini memulai sebuah pekerjaan di kantor baru dengan baik-baik. Ya, tentu saja. Siapa yang mau menerima Anda kalau Anda tidak memulai segala sesuatunya dengan baik-baik? Akan tetapi, coba Anda perhatikan, berapa banyak orang yang mengakhiri kerjanya di suatu tempat juga dengan baik-baik? Tidak usah jauh-jauh, Anda cukup melihat pengalaman Anda sendiri maupun pengalaman orang-orang di sekitar Anda.

Bagaimana dengan dua insan yang jatuh cinta kemudian memutuskan menikah? Saya kira hampir setiap orang menikah secara baik-baik. Namun, apa yang terjadi ketika bercerai? Apakah mereka juga bercerai secara baik-baik? Bukankah jauh lebih banyak orang yang mengakhiri hubungan kasih mereka dengan saling berteriak, mencaci, memaki, bermusuhan, dan tidak saling menyapa?

Bagaimana juga dengan kerja sama bisnis? Bukankah hampir semua orang memulainya dengan baik-baik? Dan bukankah banyak sekali orang yang mengakhiri kerja sama tersebut dengan kemarahan, sakit hati dan permusuhan?

Mengapa kita senantiasa memulai sebuah hubungan dengan manis, tetapi mengakhirinya dengan pahit? Inilah penyebab uatamanya. Ketika memulai sebuah hubungan, posisi orang itu di mata kita sungguh penting. Melalui orang itulah kita akan bisa mencapai apa yang kita inginkan. Jadi, kita pasti berusaha berbaik-baik dengannya.

Sementara ketika mengakhiri hubungan, kepentingan kita sudah berubah. Ini membuat posisi orang tersebut menjadi tidak penting lagi. Itulah sebabnya, kita mempraktikkan pepatah “Habis manis sepah dibuang.”

Kalau demikian halnya, sudah jelaslah bahwa kebaikan yang kita lakukan di awal itu sesungguhnya bukanlah kebaikan, melainkan sekadar sebuah kepentingan. Kebaikan senantiasa dilandasi kasih. Dan ketika kita bicara mengenai kasih, kita akan selalu melakukan kebaikan, di awal maupun di akhir. Namun, tidak demikian dengan “kebaikan” yang dasarnya adalah kepentingan. Kebaikan seperti ini semu. Ia akan segera menghilang begitu kepentingannya menghilang.

Orang yang memiliki kasih mempunyai keindahan yang luar biasa di dalam dirinya. Dorongan kebaikannya berasal dari dalam. Sementara orang yang baik karena dasar kepentingan, dorongannya adalah dari luar. Karena itu, kebaikan sesungguhnya belumlah menyatu dalam dirinya. Kebaikan hanyalah merupakan topeng dari kepentingan dan alat untuk mendapatkan keuntungan. Ini seperti rumus utama dalam dunia politik: tidak ada kawan sejati, tidak ada musuh abadi, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi.

Orang yang memiliki kasih mempunyai kebaikan sejati. Mereka baik di awal maupun di akhir. Bagi mereka, tak ada awal dan tak ada akhir, yang ada hanyalah kebaikan yang abadi. Bahkan, akhir mereka senantiasa lebih manis dan lebih indah daripada awalnya. Ini karena kasih senantiasa berkembang, tumbuh dan mendekatkan jarak di antara dua hati.

*) Penulis Direktur Pengelola ILM & penulis bestseller The 7 Laws of Happ


Tuesday, June 29, 2010

HENING

Oleh : Arfan Pradiansyah


Friday, May 14th, 2010





Seorang pengusaha kaya ingin memilih siapakah di antara tiga anaknya yang mampu mewarisi perusahaannya. Untuk itu, dia pun menguji ketiganya dengan cara menyembunyikan jam antiknya yang terbuat dari emas di gudangnya yang sangat besar, gelap, dan ditimbuni banyak jerami.

Anak pertama masuk dengan membawa pelita dan berusaha membongkar jerami-jerami itu dengan tangannya. Setelah seharian bekerja keras, ia belum juga menemukan jam antik ayahnya. Ia kemudian keluar dengan sangat kecewa.

Anak kedua masuk dengan membawa pelita dan tongkat pengais, berusaha membongkar dan mengais-ngais jerami dalam gudang yang gelap dan sangat besar itu. Namun setelah seharian mencari, ia tak juga berhasil menemukan jam emas antik itu.

Anak ketiga masuk ke dalam gudang itu tanpa pelita, tetapi dalam beberapa jam kemudian ia keluar dengan membawa jam antik ayahnya. Ini tentu saja sangat mengherankan kakak-kakaknya yang kemudian bertanya kepadanya di mana letak rahasianya. Si bungsu mengatakan bahwa ia masuk ke gudang itu dan duduk diam, tenang dan hening beberapa saat sampai akhirnya ia dapat mendengarkan suara tak-tik-tak jam antik ayahnya dengan jelas dan pelan-pelan ia menelusuri sumber suara itu sampai akhirnya ia tiba pada jam antik emas milik sang ayah.

Pembaca yang budiman, ternyata pendekatan kesuksesan berbeda dari pendekatan spiritualitas. Pendekatan kesuksesan mengajarkan kepada kita bahwa dalam menghadapi berbagai masalah kita harus berusaha sekeras mungkin. Kita harus mengerahkan segala daya dan upaya kita semaksimal mungkin untuk menyelesaikan masalah. Namun, pendekatan spiritual justru menggunakan metode yang berbeda. Dalam menghadapi masalah, yang harus dikendalikan adalah diri kita, bukan masalahnya. Ternyata semakin kita mengendalikan diri kita, semakin kita duduk diam dan tenang, semakin dekatlah kita kepada solusinya.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Penjelasannya sesungguhnya sederhana saja. Berbagai persoalan dalam hidup sesungguhnya sering bersumber dari diri kita sendiri. Karena itu, ketika kita mampu duduk tenang dan diam, maka akan muncullah ketenangan dan kejernihan. Dan ketika ketenangan itu muncul, kita akan menyadari bahwa masalah itu sesungguhnya bukanlah berada di luar melainkan berakar di dalam diri kita sendiri.

Lebih dari itu, berbagai persoalan dalam hidup sesungguhnya dapat kita atasi kalau kita mau mendekati Tuhan. Ini tentu saja tidaklah mengherankan karena Tuhanlah yang menguasai setiap persoalan. Namun, Tuhan tidak dapat dicapai dalam kesibukan dan kehirukpikukan. Tuhan hanya dapat dicapai dengan keheningan.

Banyak orang yang gagal memahami pentingnya keheningan dan karenanya gagal mencapai komunikasi yang intensif dengan Tuhan. Mereka beribadah, bersembahyang dan berdoa kepada Tuhan, tetapi tidak pernah mendapatkan petunjuk apa pun. Dalam beribadah mereka sibuk berkata-kata, sedemikian sibuknya sehingga mereka tak sempat mendengarkan jawaban dari Tuhan. Ini yang membuat ibadah tersebut seakan-akan tak berbekas dalam keseharian mereka. Ini nampak dari perilaku mereka yang semakin jauh dari Tuhan.

Kalau demikian, sudah jelaslah bahwa ibadah yang mereka lakukan sesungguhnya telah gagal mencapai sasarannya. Mereka sesungguhnya tidak pernah berkomunikasi dengan Tuhan. Ketika beribadah mereka hanya sibuk dengan diri mereka sendiri. Mereka hanya berfokus pada apa yang mereka katakan dan lakukan. Mereka tidak pernah mendengar jawaban Tuhan karena mereka tidak pernah berada di dalam keheningan.

Tuhan hanya dapat dicapai dengan keheningan. Keheningan adalah prasyarat utama untuk bisa menyamakan gelombang kita dengan Tuhan. Dalam kondisi hening kita menjalin komunikasi intim dengan Tuhan. Ini berarti membiarkan-Nya merasakan apa yang ada dalam hati kita, dan Dia sebaliknya membiarkan kita merasakan apa yang ada di dalam hati-Nya. Kita bahkan tidak perlu menggunakan kata-kata kita untuk merasakan kesatuan kita dengan Tuhan.

Manusia sesungguhnya sangatlah merindukan keheningan. Keheningan itu membahagiakan. Ketika masih berada di rahim ibu, kita merasakan bahagia karena kita hidup dalam keheningan yang sempurna. Kondisi ini akan kita rasakan kembali ketika suatu waktu nanti kita menghadap Tuhan di akhir hidup kita. Namun, kehidupan kita di dunia yang penuh dengan kesibukan dan kebisingan ini sering menjauhkan kita dari kebahagiaan karena kita lupa kembali kepada kondisi awal kita, yaitu keheningan.

Keheningan sering dijauhi manusia modern yang berpendapat bahwa hening itu tidak produktif, bahwa cepat itu lebih baik, dan bahwa orang yang efektif adalah mereka yang mampu melakukan berbagai pekerjaan sekaligus. Padahal, keheningan itu sangat produktif dan sangat dinamis. Keheninganlah yang akan membawa kita kepada kejernihan pikiran. Keheningan akan memperbarui mental dan semangat kita dalam bekerja. Kuncinya adalah di sini: dalam keheningan kita sedang menyerap energi Tuhan dan mendengarkan perkataan-Nya.

*) Penulis adalah Narasumber talkshow Smart Happiness di SmartFM Network.
(diambil dari kolom “Pernik” di Majalah SWA)



Sumber:  http://swa.co.id/2010/05/hening/

The Secret Of Success


Penulis : SOEGIANTO HARTONO
Rabu, 15-Oktober-2008



Anda tentu mengenal pohon mangga, cobalah untuk melihat pohon tersebut dengan seksama dan lebih dalam. Ketika anda melihat sepintas, anda akan menemukan sebatang pohon dengan ranting-ranting dan daun-daun yang melekat pada ranting pohon tersebut. Bila anda melihat lebih dalam dapatkah anda melihat bahwa di dalam pohon mangga itu terdapat buah mangga yang begitu manis dan enak?

Setiap pohon mangga tentu akan menghasilkan buah mangga, namun untuk bisa berbuah dengan lebat dan menghasilkan buah yang manis, tentu dibutuhkan berbagai macam unsur penyebab, seperti air, mineral, sinar matahari, tanah yang subur, udara , tukang kebun dan sebagainya. Tidak hanya itu saja yang dibutuhkan agar buah mangga itu muncul, masih ada beberapa keadaan lain yang perlu ada, yaitu buah mangga akan muncul jika keadaan mendukung, bila keadaan tidak mendukung misalkan angin terlalu kencang atau terjadi badai, tentu buah itu tidak akan muncul alias keguguran atau bersembunyi; dan yang terakhir tentunya faktor waktu juga merupakan keadaan yang dibutuhkan agar buah itu muncul dengan sempurna. Bila waktu yang dibutuhkan tidak mencukupi, sudah pasti buah mangga itu akan terasa asam dan tidak enak di makan. Jadi agar pohon mangga itu dapat menghasilkan buah mangga yang sempurna, di butuhkan unsur-unsur penyebab yang memadai dan mencukupi untuk munculnya buah; keadaan harus mendukung dan di butuhkan waktu yang tepat.

Demikian juga dengan kesuksesan, tidak ada sukses secara kebetulan dan tidak ada jalan pintas untuk sukses, semua tahap dan semua unsur harus benar-benar cukup ( lengkap ), barulah sukses itu terjadi. Bila anda menginginkan sukses, anda harus mengumpulkan terlebih dahulu semua unsur penyebab terjadinya sukses, menantikan keadaan yang mendukung ( datangnya kesempatan ) dan menantikan waktu yang tepat. Pilihlah terlebih dahulu bidang apa yang ingin anda kerjakan, lebih baik anda pilih bidang yang anda sukai, atau bidang yang telah anda kuasai, dan yang penting anda bisa menikmati apa yang sedang anda kerjakan.

Bila anda mengerjakan sesuatu namun anda merasa tidak nyaman, itu berarti anda tidak sesuai dengan bidang itu, temukan yang lain yang lebih sesuai dengan minat anda. Anda harus benar-benar bisa menikmati pekerjaan itu, karena ini merupakan nunsur terpenting untuk munculnya semangat dan antusiasbersabar dan terus mengumpulkan nya. Bila anda memaksakan kehendak saat semua unsur penyebab ini belum lengkap, itu artinya anda tergesa-gesa, lebih dalam lagi tentu pikiran anda melekat dengan uang, atau dengan kata lain anda merasa kekurangan uang. Bila hal ini terjadi dan anda tidak mengendalikan pikiran anda, maka pikiran anda akan membawa anda ke tempat lain. alhasil keinginan anda akan prematur, anda tidak akan pernah mencapai apa yang anda inginkan.

Bersambung ………………… pada diri anda yang anda butuhkan sebagai bahan bakar penggerak diri anda. lalu bangunlah kompetensi dan keunggulan pada bidang yang anda kerjakan itu, terus belajar, berlatih dan meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk membangun kompetensi dan keunggulan diri anda. Inilah cara mengumpulkan semua unsur penyebab agar sukses itu bisa terjadi. Jika unsur-unsur ini belum lengkap, anda haruserlu anda ketahui, bahwa apa yang anda inginkan akan selalu diberikan kepada anda jika anda telah siap menerima, bila tidak, Dia akan menunda untuk memenuhi keinginan anda, karena bila anda belum siap, anda akan kesulitan untuk menerimanya, bahkan akan menjadi beban bagi anda. Untuk mengatasi ini lebih baik anda menikmati proses belajar, berlatih dan meningkatkan keterampilan itu.

Bilamana semua unsur ini telah mencukupi, kompetensi dan keunggulan yang anda miliki sudah memadai, anda dengan sendirinya akan mendapatkan dorongan dari dalam diri anda untuk muncul. Jangan kawatir, itu sudah pasti, percaya lah itu.

Bila diri anda telah siap, tentu kesempatan baik itu akan datang menjemput anda. Pada tahap ini mulailah untuk memperkenalkan diri anda kepada masyarakat, informasikan apa yang menjadi kompetensi dan keunggulan diri anda, apa saja yang bisa anda lakukan bagi orang lain dan lakukan pekerjaan anda seperti biasa sebaik mungkin. Apa yang anda lakukan ini untuk memancarkan getaran ke alam semesta dan menarik lebih cepat kesempatan itu datang, namun sekali lagi jangan tergesa-gesa, biarkan semuanya berjalan secara alami. Bila anda merasa ragu, duduklah rileks , pejamkan mata dan tarik nafas dalam lalu hembuskan, kemudian bayangan masa depan yang anda inginkan, suatu gambaran akhir tentang tujuan anda. Fokuskan pada gambaran ini sesering mungkin, inilah cara untuk menghilangkan keraguan dan ketakutan akan kegagalan.

Cara lain untuk meredakan keraguan anda, ingatlah kalimat ini :" penundaan bukanlah berarti penolakan dari Tuhan ". Dengan mengingat - ingat kalimat ini mudah - mudahan anda tidak lagi gusar dan patah semangat.Nah.., sekarang tinggal satu keadaan lagi yang anda butuhkan untuk bisa sukses yaitu waktu. Bila waktunya sudah tiba, anda pasti sukses. Seperti pohon mangga itu, bila waktunya sudah tiba buah mangga itu akan muncul secara serentak dan bisa dinikmati oleh siapa. Demikian juga dengan diri anda, bila waktunya telah tiba, tidak ada lagi yang bisa menghalangi anda untuk sukses. Namun jika waktunya belum tiba, apapun upaya yang anda lakukan tetap tidak akan membuahkan hasil yang anda inginkan. Inilah rahasia alam semesta, Dia selalu membantu siapa saja yang layak untuk di munculkan. Untuk ini temukan dan pilihlah siapa diri anda, apakah anda ingin menjadi buah mangga, atau buah jeruk atau buah anggur, terserah pilihan anda.

Bertekunlah dan bersabarlah dalam menjalani proses yang harus anda jalani. Bila anda sudah jelas tentang pilihan siapa diri anda, maka alam semesta akan mendatangi dan membantu anda untuk muncul dan berkembang sesuai dengan pilihan anda.Sebagai penutup tulisan ini, seorang guru spiritual terkemuka mengatakan bila waktunya telah tiba, semuanya akan menjadi indah.

Do The Best, Dont Be The Best


Penulis : Berny Gomulya
Jumat, 03-Oktober-2008




"Sahabat terbaik adalah seorang yang mengeluarkan yang terbaik dalam diriku." -Henry Ford-

Setiap orang ingin sukses. Itu pasti. Apakah rahasia kesuksesan itu? Apa yang membuat orang sukses? Apakah talenta, bakat, pendidikan tinggi atau koneksi. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap lulusan Harvard yang telah lulus 20 tahun lalu, mengungkapkan bahwa 3% dari lulusan Harvard yang menulis sasarannya dengan sangat jelas mencapai kebebasan finansial yang jauh lebih baik dari 97% lainnya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kemungkinan orang sukses jauh lebih besar, ketika orang tersebut menuliskan sasaran (goal) dengan sangat jelas.

Orang-orang dengan talenta, bakat dan pendidikan biasa-biasa saja bisa berhasil jauh lebih baik, jika orang itu mau menuliskan sasaran dengan sangat jelas, fokus terhadap sasaran itu dan berusaha terus untuk mencapainya. Sudahkah Anda menulis sasaran yang Anda ingin capai? Jika belum, ada baiknya Anda menuliskan sasaran Anda. Bila sudah, apakah Anda terus berusaha memberikan yang terbaik untuk mencapai sasaran itu? Atau Anda berhenti dan menyerah di tengah jalan walau sasaran yang Anda inginkan belum tercapai. Anda mungkin berhenti di tengah jalan karena kehilangan motivasi atau karena sudah merasakan sedikit keberhasilan dan puas dengan pencapaian itu.

Ada sebuah cerita menarik. Satu tim yang terdiri dari sepuluh orang ingin melakukan pendakian gunung. Tujuannya adalah untuk persahabatan dan membangun teamwork. Untuk mencapai puncak gunung itu kira-kira dibutuhkan 8 jam berjalan kaki. Sebelum mulai pendakian, setiap anggota saling memberi semangat dan motivasi. Saking bersemangatnya, mereka sudah tidak sabar lagi ingin mendaki lereng-lereng gunung, mengambil foto dan membayangkan mereka merayakan kemenangan ketika mereka sudah sampai ke puncak gunung tersebut.

Mereka terus mendaki dan saling memberi semangat. Kira-kira setengah perjalanan dari pendakian itu, ada sebuah rumah makan kecil yang cukup menarik. Mereka berdiskusi kecil, apakah mereka berhenti disitu untuk makan siang sebentar atau melanjutkan perjalanan sampai ke puncak pegunungan. Setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti beberapa menit untuk makan siang, minum kopi dan beristirahat sejenak. Dengan latar belakang pegunungan, para pendaki itu sangat menikmati pemandangan yang sangat indah dan menyenangkan.

Setelah mereka kenyang dan merasa nyaman, hanya lima orang dari mereka ingin melanjutkan perjalanan sampai ke puncak. Separuh dari mereka sudah merasa nyaman dan tidak mau melanjutkan perjalanan. Bukan karena pendakian itu sulit. Bukan karena mereka tidak mampu. Bukan karena mereka sudah lelah. Tetapi karena separuh dari mereka merasa sudah cukup baik dimana mereka berada. Mereka kehilangan semangat untuk mendaki sampai ke puncak seperti tujuan awal mereka. Mereka kehilangan motivasi untuk melihat dan menikmati pemandangan-pemandangan baru, pemandangan-pemandangan yang belum pernah mereka lihat. Mereka sudah merasakan sedikit keberhasilan, dan mereka merasa ini cukup baik. Keinginan mereka untuk memberikan yang terbaik terhalangi dengan pencapaian yang mereka anggap cukup baik.

Sering kali kita seperti mereka. Awalnya, ketika kita baru saja merumuskan sasaran yang ingin kita capai (biasanya diawal tahun), kita begitu termotivasi, antusias dan bersemangat untuk mencapainya. Tetapi setelah mencicipi sedikit keberhasilan, kita menjadi malas. kita menjadi  begitu cepat berpuas diri. Kita merasa sudah begitu nyaman dengan dimana kita berada.

Dimana Anda berada sekarang mungkin bukanlah tempat yang buruk, itu tempat yang nyaman, tetapi Anda tahu persis bahwa itu bukanlah tempat dimana Anda seharusnya berada. Seorang kawan pernah berkata kepada saya, ”Dulu saya kelebihan berat badan 20 Kg, tetapi sekarang berat badan saya telah berkurang 10 Kg, saya sudah merasa cukup baik.” Saya berkata kepada kawan itu, ”Pencapaianmu memang luar biasa, itu patut dibanggakan dan disyukuri, namun jangan berhenti sampai disitu. Kamu sudah melakukan yang baik, tetapi itu bukan yang terbaik yang kamu bisa lakukan. Saya yakin kamu bisa menurukan berat badan sampai 20 Kg.”

Mungkin dalam keluarga dan pekerjaan, Anda sudah merasakan sedikit keberhasilan. Syukurilah keberhasilan itu. Berterima kasihlah atas pencapaian itu. Tetapi jangan berhenti sampai di situ. Terus bergerak. Terus dekati sasaran Anda, sampai sasaran Anda tercapai.

Melakukan yang terbaik bukan berarti menjadi sempurna. Melakukan yang terbaik adalah ketika Anda melakukan setiap hal dengan segenap kemampuan yang Anda miliki. Mencoba menjadi sempurna adalah jalan menuju kekecewaan. Tidak ada seorangpun di dunia ini dapat melakukan segala sesuatu sempurna 100%. Dari pada menjadi sempurna, lebih baik Anda melakukan segala sesuatu yang terbaik yang Anda bisa lakukan.

Yang saya maksudkan disini bukan juga menjadi yang terbaik, tetapi melakukan yang terbaik. Menjadi yang terbaik dengan mengalahkan orang lain adalah sebuah perjalanan yang sangat melelahkan dengan format win-lose. Melakukan yang terbaik yang saya maksud adalah sebuah tindakan yang proaktif dan dinamis. Anda harus selalu bertanya dalam apapun yang Anda lakukan, apakah Anda sudah memberikan yang terbaik. Sangat mungkin sekali ketika Anda terus melakukan yang terbaik, Anda akan menjadi yang terbaik. Di dalam keluarga, apakah Anda sudah memberikan yang terbaik kepada suami, istri, orang tua, saudara, dan anak Anda. Di kantor, sudahkah Anda memberikan yang terbaik kepada atasan, bawahan dan rekan-rekan kerja. Seperti kata seorang penulis Amerika terkenal, Helen Keller, ketika Anda selalu melakukan yang terbaik yang Anda mampu lakukan, maka akan ada keajaiban yang akan datang dalam hidup Anda. Do the best, don’t be the best.


Tips meningkatkan produktivitas Anda:

  1. Tuliskan sasaran Anda dengan sangat jelas.
  2. Sasaran Anda harus spesifik, terukur, realistik dan kapan ingin dicapai.
  3. Syukuri di mana pun Anda berada sekarang, tetapi jangan berhenti dan cepat puas bila Anda belum mencapai sasaran.
  4. Terus menerus lakukan yang terbaik yang bisa Anda lakukan.
  5. Melakukan yang terbaik bukanlah berarti menjadi terbaik dengan mengalahkan orang lain.
  6. Melakukan yang terbaik adalah sebuah tindakan yang proaktif dan dinamis.
  7. Melakukan yang terbaik adalah melakukan setiap hal dengan segenap kemampuan yang Anda miliki.

Berny Gomulya adalah seorang penulis, pembicara seminar profesional, pelatih personal dan perusahaan dalam bidang productivity dan management system. Ia mendapatkan pengakuan tertinggi dari dunia otomotif internasional sebagai salah satu dari hanya delapan orang Indonesia sebagai Auditor TS 16949:2002 International Automotive Task Force (IATF). Setelah lulus sebagai Sarjana Elektro dan Magister Manajemen dari Universitas Indonesia, dia bekerja di PT Astra International Tbk dan Productivity Standard Board (PSB) di Singapore. Kini, Berny mendirikan sebuah lembaga di bidang personal productivity, organization productivity, dan management system. Berny dapat dihubungi melalui email ke bernygomulya@yahoo.com.

Apa itu Leadership (Kepemimpinan)








By. Much Marzuki @2009


Terjemahan dari buku karya Founder NLP Bpk. Robert B.Dilts ( Visionary Leadership Skills )




“Management is doing things right; leadership is doing the right things.” -Peter F. Drucker-




“LEADERSHIP (KEPEMIMPINAN)”


Definisi LEADERSHIP :


Dimana salah satu dari keahlian yang amat paling penting dalam kehidupan di dunia yang sedang berubah ini, adalah mempunyai keahlian dalam memimpin. Dalam hal ini terlihat peningkatannya ketika kita berusaha untuk beradaptasi dengan semakin banyak perubahan dalam masyarakat kita dan tempat kerja selama dari akhir abad lalu sampai sekarang. Ketika kita berusaha untuk menentukan nasib kita sendiri dan membawa arah nasib dari keluarga kita, komunitas, organisai dan planet kita ini, kebutuhan dari Kepemimpinan yang efektif merupakan salah satu kunci dari kesuksessan masa depan kita dan bagaimana kita dapat bertahan ?


Akan tetapi apakah Kepemimpinan itu ? dan siapa yang memilikinya ? dapatkah Anda mengembangkan kemampuan memimpin ? atau mungkinkah hal ini merupakan bawaan dari lahir ? Sebagian orang menganggap bahwa kepemimpinan itu harus dipelajari dan diperoleh, sebagian lagi menganggap bahwa kepemimpinan itu sudah merupakan pemberian yang tidak dapat diajarkan.

Dimana banyak yang menulis mengenai kepemimpinan hanya memusatkan pada “Karakteristik” dari para pemimpin yang baik. Dan sayangnya, hanya karakteristik-karakteristik ini terlalu umum dalam nilai prakteknya guna seseorang yang sedang mencoba untuk menjadi seorang pemimpin yang lebih baik. Misalnya dengan mengatakan bahwa pemimpin yang baik itu “pembawaanya optimis” atau “jujur” dan “memberi inspirasi”, dimana hal-hal ini merupakan sedikit dasar praktis untuk pengembangan atau perbaikan keahlian yang spesifik. Hal-hal di atas itu biasanya merupakan dari suatu penilaian yang dibuat oleh orang lain atas perilaku kita.


Sering kali deskripsi dari kepemimpinan efektif menitik beratkan pada apa yang telah berlangsung secara efektif dalam dunia usaha, kebudayaan atau lingkungan, Namun dalam perbuatan, gaya atau karakteristik yang membuat seorang pemimpin “baik” dalam suatu konteks mungkin tidaklah efektif bahkan mungkin dapat mengecewakan bagi orang lain.

Beberapa penelitian tentang kepemimpinan yang bertumpu pada “Outcome” dari kepemimpinan efektif, dengan menunjukan bahwa pemimpin yang baik “Menciptakan Visi”, “menggerakkan komitmen”, “mengenali kebutuhan” dan lain-lainnya. akan tetapi dengan hanya mengetahui tujuan-tujuan ini tidaklah cukup.


Kunci dari benar-benar untuk memperolehnya itu, membutuhkan “mental” dan “keahlian perilaku” yang sesuai untuk mempraktekkannya.


Tujuan dari tulusan ini adalah untuk mendefinisikan dan menelaah beberapa model spesifik, prinsip dan keahlian yang dapat membuat Anda menjadi pemimpinan yang sukses, dalam hal ini misalnya “bagai mana” untuk menjadi pemimpin yang efektif ?

Dalam mendefinisikan “kepemimpinan” yang efektif, amatlah penting bagi kita untuk dapat membedakan antara (a) “Pemimpin”, (b) “Kepemimpinan”, (c) “Memimpin”.


Posisi “Pemimpin” merupakan suatu peran dalam sistem tertentu. Seseorang secara formal dapat berperan sebagai seorang pemimpin mungkin memliki keahlian dalam memimpin dan mungkin juga tidak mempunyai keahlian dalam memimpin, juga mungkin memiliki kemampuan memimpin dan mungkin juga tidak mempunyai kemampuan memimpin.

“Kepemimpinan” berhubungan langsung dengan keahlian, kemampuan dan tingkat pengaruh seseorang. Kepemimpinan mungkin dapat terlihat dari orang-orang yang bukan pemimpin secara formal.
“Memimpin” merupakan suatu akibat dari penggunaan peran dan kemapuan kepemimpinan untuk mempengaruhi orang lain.

Dalam arti yang lebih luas, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai “kemampuan untuk mempengaruhi orang lain menuju pencapaian tujuan”, oleh karena itu seorang pemimpin memimpin suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang yang saling bekerja sama sampai mencapai tujuan akhir. Didalam bisnis atau organisasi, “kepemimpinan” sering kali dibedakan dengan “Manajemen”, dimana manajemen biasanya didefinisikan sebagai “Membuat sesuatu melalui orang lain”.

Sedangkan kepemimpinan didefinisikan sebagai “Membuat orang lain mengerjakan sesuatu”.


Jadi, kepemimpinan berhubungan erat dengan membangkitkan Hasrat ( motivasi ) dan mempengaruhi orang lain.

Dalam pandangan-pandangan yang baru muncul tentang kepemimpinan, pemimpin tidaklah memiliki pengaruh hanya karena mereka “bos” atau “pimpinan”.


Pemimpin lebih merupakan mereka yang berkomitmen untuk “menciptakan dunia dimana orang-orang ingin menjadi bagian darinya”.

Komitmen ini menurut seperangkat model dan keahlian untuk menonjolkan Visi secara efektif dan ekologis yang akan mengarahkan mereka yang berkomitmen untuk berubah.


Hal ini melibatkan komunikasi, interaksi dan pengaturan hubungan dalam suatu organisasi, “network” atau sistem sosial untuk menuju aspirasi tertinggi.


Nicholls (1988) menunjukan bahwa beberapa kebingungan yang muncul dalam penelitian tentang kepemimpainan, dikarenakan ada tiga perbedaan yang mendasar dan perspektik kepemimpinan. Ia menyebutnya sebagai META. MAKRO dan MIKRO.

1. Meta Leadership: menciptakan sebuah “gerakan” dalam arah yang luas dan umum ( misalnya hak-haK sipil, komputer rumah, atau glasnost ). Meta Leadership, “menghubungkan individu-individu melalui visi pimpinanya kepada lingkungan. Dengan melakukan hal ini, akan terlepaslah energi dan menciptakan pengikut-pengikut yang antusias.



2. Macro Leadership: “peran pemimpin dalam menciptakan organisasi yang sukses diperoleh melalui dua cara: a/ menemukan jalan yang pasti, b/ membangun kebudayaan.


Menemukan jalan merupakan penemuan penemuan jalan menuju masa depan yang berhasil. Membangun kebudayaan dapat dilihat sebagai menggiring orang kedalam suatu organisasi yang bertujuan, dan yang dapat berjalan melalui jalan yang telah ditemukan atau menfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada secara penuh.  Aktifitas Macro Leadership dapat mempengaruhi orang dengan menghubungkan mereka dengan entitas mereka dan menjadi bagian dari organisasi secara keseluruhan atau hanya dalam divisi, departemen atau kelompok.

Pemimpin mempengaruhi individu dengan memberikan kepada bawahan-bawahannya jawaban-jawaban atas pertanyaan :

  1. Apakah organisasi ini … ?
  2. Dimana saya cocoknya berada ….?
  3. Bagai mana saya dinilai ….?
  4. Apakah yang diharapkan dari saya ….?
  5. Mengapa saya harus berkomitmen ….. ?

Dalam prosesnya, pemimpin menciptakan anggota-anggotanya yang berkomitmen dalam organisasi.

3. Berbeda dengan dua kepemimpinan diatas, Micro Leadership ” menitik beratkan pada pemilihan Gaya kepemimpinan untuk menciptakan suasana kerja yang efektif dan memperoleh kemauan untuk bekerjasama guna menyelesaikan pekerjaan dengan menyesuaikan gaya seseorang dalam dimensi kembar dari tugas dan perilaku hubungan.

Pilihan gaya kepemimpinan tergantung dari bawahan-bawahan tertentu dengan pekerjaan/tugas yang harus diselesaikan, oleh karena itu tergantung keadaan dari pemimpin mengarahkan orang-orang didalam organisasinya dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan tertentu. Bila gaya kepemimpinan disesuaikan dengan benar, orang-orang akan secara sukarela bekerja dalam sebuah suasana kerja yang efesien”.


INGAT !!!!!!!!!!


” Menciptakan sebuah dunia dimana orang-orang ingin menjadi bagian darinya ” pada suatu titik membutuhkan perpaduan dari ketiga tipe Kemampuan Kepemimpinan tersebut.


CATATAN????


Nah!!! bila Anda sekarang menjadi pemimpin, seperti apakah cara 


Anda Memimpin??????


  • Apakah Anda memimpin agar DITAKUTI oleh bawahan????????
  • Apakah Anda memimpin agar harus DIHORMATI oleh bawahan??????
  • Apakah Anda memimpin agar DITURUTI dan DIPATUHI oleh bawahan??????
  • Apakah Anda memimpin agar DISEGANI dan DISUNGKANI oleh bawahan, sedangkan dengan sesungguhnya Anda itu tidak mempunyai WIBAWA dan perilaku yang ARIEF BIJAKSANA!!!!!

Yang pasti dan jelas adalah saya Manusia yang tidak TAHU DIRI, dikarenakan tidak mau tau akan SUMBER DAYA yang saya punyai tidak pernah digali dan dimanfaatkannya. sehingga saya selalu menggunakan KINESTIK ketimbang VISUAL dan AUDITORIAL saya. dan sering AUDITORIAL saya Melengking dan VISUAL saya melotot akibat KINESTEIK saya terusik disebabkan tidak kenyamanan saya.
Sehingga wajarlah saya menjadi Tukang Tipu dan Bohong yang tidak tahu Diri.

Orang sukses adalah orang yang terus mencoba, meskipun telah mengalami banyak kegagalan. Ia memandang kehidupan sebagai peluang untuk mencapai kesuksesan. Itulah kira-kira kesimpulan dari penelitian selama 40 tahun terhadap orang-orang sukses. Yang dicoba ditemukan dari mereka adalah bagaimana dan mengapa mereka tergerak untuk menjadi teratas di bidang masing-masing, dari olah raga, pendidikan, hingga pasar modal.

Apa sebenarnya yang mereka ketahui dan lakukan untuk menjadi sukses? Berikut ada tujuh hal yang dilakukan mereka dalam meraih sukses:



  1. Orang sukses mau mengambil risiko. Mereka berupaya untuk mencapai target, melakukan penghematan, membangun relasi dengan banyak orang, dan gesit mencoba sesuatu yang baru guna mengikuti perkembangan zaman. David C. McClelland, seorang guru besar yang mendalami perjalanan orang-orang sukses serta telah melakukan perjalanan ke banyak negara dan melatih pengusaha kecil, menyatakan cara menjadi pengusaha kecil sukses adalah dengan menjadi pengambil risiko moderat; yang mau terus mengambil risiko untuk meraih sukses.
  2. Orang sukses percaya diri dan merasakan bahwa mereka berbuat sesuatu untuk dunia. Mereka memandang sebuah dunia yang besar dan ingin memainkan peranan penting di dalamnya. Mereka tetap bekerja sesuai keterampilan mereka, sambil tetap menyadari bahwa keterampilan inti memberi nilai kepada keterampilan lainnya. Mereka juga sadar, karya terbaik akan menghasilkan kompensasi bagi mereka.
  3. Orang sukses menikmati apa yang sedang mereka lakukan. Mereka mampu melihat pekerjaan sebagai kesenangan; mereka memilih bekerja di mana mereka dapat unggul. Orang sukses menyukai tantangan; mereka menikmati pencapaian puncak permainan mereka, apakah di pekerjaan, lapangan tenis atau lapangan golf.
  4. Orang sukses adalah pelajar seumur hidup. Mereka menyadari, pendidikan tak pernah berakhir tapi dimulai di setiap tingkatan kehidupan dan terus berlanjut hingga akhir kehidupan. Pendidikan tidak terbatas di ruang kelas; artinya mencoba ide baru, membaca buku, surat kabar, majalah, dan menggunakan Internet merupakan bentuk pendidikan pula. Karena itu, tetaplah mengalir sesuai perubahan ketertarikan dan kemampuan Anda, dan nikmati perubahan. Ini akan membantu Anda tumbuh dan merasakan lebih percaya diri.
  5. Orang sukses berpandangan positif terhadap apa yang dapat mereka kerjakan, dan ini meluas pada hal-hal lain. Mereka percaya gelas itu setengah penuh dan bukan setengah kosong. Mereka menanamkan semangat pada diri sendiri dan dapat membayangkan diri bagaimana mereka berhasil menyelesaikan suatu tugas sulit atau mencapai penghargaan tertinggi. Orang sukses berbuat bagaikan pelatih bagi orang lain, dengan menyuguhkan pesan-pesan positif dalam kehidupan sehari-hari. Mereka senang melihat orang lain membuat tonggak sejarah dalam kehidupan mereka.
  6. Orang sukses punya banyak cara untuk memotivasi diri sendiri sehingga dapat terus berkarya lebih baik dari yang lain. Ada yang dengan cara melakukan beberapa pekerjaan setiap hari pada bidang berbeda. Seorang pria setengah baya memotivasi dirinya sendiri dengan mencoba mendapatkan lebih banyak uang daripada kakaknya. Seorang wanita berusia 29 tahun menjadi perawat top untuk menunjukkan kepada bekas gurunya bahwa dia memiliki keterampilan dan kecerdasan memadai untuk mencapai profesi itu.
  7. Orang sukses menyelesaikan tugas tidak dengan setengah-setengah, dan mereka menggunakan cara kreatif dalam meraih sukses. Meski mungkin membutuhkan waktu lebih lama, mereka akhirnya melampaui garis finis. Mereka manfaatkan waktu dengan baik dalam mensinergikan kemampuan fisik dan mental untuk mencapai sukses.